REPUBLIKA.CO.ID, Sedikitnya, 60 anak muda dari berbagai daerah di Jawa Tengah berkumpul di Kota Semarang. Para anak muda yang mempunyai ketertarikan pada dunia teknologi informasi tersebut, berkumpul dalam pelatihan 'Duta Damai Dunia Maya yang diprakarsasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Mereka yang mengikuti pelatihan selama empat hari tersebut memiliki berbagai latar belakang seperti berprofesi sebagai blogger, programer teknologi informasi, serta desain komunikasi visual.
"Dunia maya merupakan ruang tanpa batas dan kontrol yang mencukur habis batasan antara ruang dan waktu," kata Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol Hamli. Sementara, radikalisme konvensional telah beralih ke sistem dalam jaringan (daring).
Menurut dia, generasi muda ini akan bertugas menjadi agen penyebar perdamaian melalui dunia maya. "Generasi muda merupakan penghuni terbesar dunia maya, mereka akan menjadi agen penyebar perdamaian dalam menangkal konten-konten negatif," katanya.
Metode penanggulangan radikalisme melalui generasi muda ini, kata dia, merupakan salah satu upaya mengatasi transformasi terorisme gaya lama ke baru yang memanfaatkan jaringan internet. Terorisme gaya baru ini, menurut dia, mengubah radikalisme konvensional menjadi metode daring.
Brigjen Ramli mengatakan melalui pola baru ini, pola penyebaran radikalisme tidak lagi dari atas ke bawah.
"Pola rekrutmen yang tadinya secara kekeluargaan, dengan pola tertutup telah berubah," katanya.
Ia menjelaskan, pola rekrutmen kini lebih terbuka, misalnya pembaiatan secara online yang tidak memerlukan tatap muka secara langsung. Di Indonesia sendiri, tercatat 132 juta pengguna internet, di mana mayoritas merupakan generasi muda.
"Generasi muda sebagai penghuni terbesar dunia maya menjadi tantangan sekaligus modal besar untuk menjadi agen penyebar perdamaian," tambahnya.
BNPT, lanjut dia, juga mengindikasikan penyebaran radikalisme melalui media sosial. Berdasarkan data, kata dia, setidaknya terdapat 76 juta pengguna media sosial Facebook. Melalui media sosial itu, Ramli menerangkan banyak upaya rekrutmen yang dilakukan.
Hasilkan laman kontra terorisme
Pelatihan Duta Damaia Dunia Maya yang digelar di Semarang tersebut merupakan yang kedua di tahun ini. Dari pelatihan itu, lima laman internet berisi konten tentang kontra propaganda radikalisasi terorisme dilahirkan.
Kepala Biro Umum BNPT Brigjen TNI Dadang Hendrayudha mengatakan, program ini merupakan bentuk konsistensi BNPT untuk membangun Indonesia damai tanpa kekerasan dan terorisme.
Ia menuturkan, dunia maya merupakan ruang tanpa batas dan kontrol yang berisi konten positif dan negatif. "Selain konten positif, banyak pula konten negatif yang bernuansa provokatif, penanaman kebencian hingga ajakan terorisme," katanya.
Transformasi terorisme model baru yang fasih menggunakan internet, lanjut dia, merupakan tantangan tersendiri.
Pola baru terorisme, kata dia, meninggalkan cara lama yang lebih tertutup dan mengedepankan hubungan kekeluargaan dalam perekrutannya.
Fenomena baru, menurut dia, dengan digunakannya media daring dan media sosial sebagai sarana rekrutmen dan propaganda. Kecanggihan terorisme "online" tersebut terletak pada kemampuan adaptasi yang dibungkus dalam segmentasi usia. "Mereka mengincar anak muda, remaja," tambahnya.
Untuk menghadapinya, lanjut dia, butuh generasi yang cerdas teknologi. Duta damai, kata dia, sebagai komunitas anak muda yang bertugas untuk kontra propaganda. "Memanfaatkan anak muda untuk menjaga anak muda yang lain merupakan cara yang efektif," ujarnya.
Menurut dia, 2017 merupakan tahun kedua dilaksanakan pelatihan pembentukan duta damai tersebut. Hingga saat ini, lanjut dia, telah terbentuk 28 kelompok duta damai yang tersebar di lima provinsi. Pada tahun ini, BNPT akan menggelar pelatihan bagi generasi muda sebagai duta damai di tujuh daerah.
Sementara itu, salah seorang Duta Damai Diah Amartiwi mengaku sangat bangga bisa menjadi salah satu agen kontra propaganda terorime tersebut. Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesehatan (Stikes) Telogorejo Semarang itu berhasil lolos seleksi untuk bisa ikut dalam pelatihan duta damai tersebut.
"Kami membagikan konten positif melalui berbagai bentuk, seperti video, artikel, meme dan sebagainya," kata Diah yang juga seorang blogger ini.
Setelah selesai pelatihan, kata dia, para duta ini akan terus bekerja secara daring maupun "offline" untuk mengampanyekan kedamaian. Melalui duta-duta dunia maya ini, menurut dia, kontra propaganda atas paham-paham radikalisme tersebut bisa ditanggulangi.
Resah intoleransi
Pada tahun ini, BNPT mengangkat penyanyi Kikan Namara sebagai Duta Damai Dunia Maya 2017. Mantan vokalis grup Cokelat tersebut merasa resah dengan isu intoleransi yang melanda Indonesia belakangan ini.
"Indonesia sedang menghadapi permasalahan yang rumit seputar isu intoleransi," kata Kikan yang turut hadir di sela pelatihan tersebut. Padahal, lanjut dia, Indonesia menjadi contoh bagi negara lain dalam merawat keberagaman dengan ribuan pulau serta berbagai suku dan agamanya.
Kemerdekaan Indonesia, menurut dia, diperjuangkan oleh banyak golongan. Namun saat ini, kata dia, justru mengalami kemunduran. Oleh karena itu, ia mengajak seluruh elemen bangsa untuk menjaga toleransi.
"Apa pun profesinya, beri kontribusi nyata untuk menjaga Indonesia yang toleran," kata musisi yang berencana menciptakan lagu tentang duta damai tersebut.
Sebagai Duta Damai Dunia Maya, ia mengungkapkan tentang kondisi nyata ancaman radikalisme. Ia mengajak generasi muda untuk peduli pada persoalan tersebut. "Jangan hanya serahkan masalah ini kepada TNI/ Polri," tambahnya.
Menurut dia, generasi muda harus terlibat lebih jauh. Ia mencontohkan dirinya yang bisa memberikan dukungan melalui profesinya sebagai penyanyi dengan menciptakan karya yang menyampaikan kedamaian.