REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelajar SMA Negeri 1 Jepara Septiana Ayu Prasiska membuat alat penyaring emisi gas buang dari batok kelapa. Jepara dikenal sebagai tempat yang memiliki pohon kelapa yang cukup banyak. Namun, batok kelapanya dibuang.
Karena terbuangnya batok tersebut, timbullah pada diri Septiana untuk meneliti manfaat dari bahan itu. Dia bersama rekannya mulai mencari nilai lebih dari batok kelapa arang sejak akhir tahun lalu. Kemudian keduanya menemukan bahwa arang ternyata memiliki kadar selulosa cukup tinggi. Selulosa merupakan molekul bisa dimanfaatkan untuk menyerap asap seperti gas emisi dari knalpot.
Setelah menemukan kelebihan itu, Septiana pun mulai melakukan banyak percobaan. Dalam hal ini termasuk dengan mencampurkan arang dengan bubur kertas. Kedua bahan ini dicampur dengan perbandingan 2:1 hingga dibentuk seperti lingkaran padat.
"Jadi arang batok kelapanya kita haluskan dan dicampur dengan bubur kertas. Lalu ditekan hidrolik sampai 1000 Newton dengan ketebalan dua sampai lima centimeter," kata siswa yang duduk di kelas XI ini.
Selanjutnya, dia mulai melubangi alat penyaring itu sebagai media untuk mengeluarkan asap knalpot. Hal ini setidaknya dijadikan sebagai media untuk jalan keluar masuk asap. Lalu alat itu mulai dipasang di bagian pertengahan botol mineral bekas berukuran 1,5 liter.
"Botolnya dipotong menjadi dua, lalu kita pasang di tengah-tengah. Kemudian kita satukan lagi botolnya dengan dililit karet ban bekas," kata dia.
Tak lupa juga dirinya memasang authocheck gas di bagian botol tersebut. Pemasangan alat itu diperuntukkan untuk mengukur gas beracun yang dikeluarkan asap knalpot. Dengan adanya alat ini, Septiana berharap, kadar zat beracun dari gas berbahaya dari knalpot motor dapat berkurang sehingga tidak merusak lingkungan, termasuk kesehatan manusia.