Rabu 08 Nov 2017 22:19 WIB

Perjalanan Ruang Angkasa Sebabkan Gangguan Otak

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Winda Destiana Putri
Astronot
Foto: Sciencealert
Astronot

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Astronot yang menghabiskan waktu berkepanjangan di ruang angkasa mengalami perubahan struktur otak mencolok. Sebuah studi baru menyebutkan perubahan ini membantu menjelaskan penyebab beberapa astronot menunjukkan perilaku tak biasa saat kembali ke Bumi.

Peneliti mengamati otak dari 34 astronot sebelum dan sesudah mereka menjalankan tugas di luar angkasa. Sebanyak 18 astronot berpartisipasi dalam misi dan penelitian jangka panjang, rata-rata enam bulan di Stasiun Luar Angkasa Internasional, sementara 16 astronot berpartisipasi dalam misi dan penelitian jangka pendek, rata-rata satu hingga dua pekan.
 
Pemindaian otak pada astronot menunjukkan mereka yang lama di luar angkasa mengalami perubahan struktur otak. Tengkorak mereka mengalami penyempitan ruang cairan serebrospinal (CSF) di bagian atas. Tak ada satu pun astronot yang bertugas jangka pendek menunjukkan perubahan sama.
 
Hasil pemindaian menunjukkan 94 persen astronot dengan misi jangka panjang mengalami penyempitan sulkus pusat otak mereka. Ini adalah bagian yang memisahkan lobus frontal dan parietal, dua dari empat lobus otak. Hanya 19 persen astronot dalam durasi penerbangan jangka pendek menunjukkakn penyempitan sulkus sentral ini.
 
"Studi ini merupakan penelitian dengan penilaian paling komprehensif mengenai efek perjalanan ruang angkasa yang berkepanjangan terhadap otak," kata Neuroradiologis di Medical University of South Carolina (MUSC), Michael Antonucci, dilansir dari Live Science.
 
Efek lain dari perjalanan ruang angkasa dalam waktu lama adalah sindrom tekanan intrakranial yang menyebabkan gangguan penglihatan atau sindrom VIIP. Tiga astronot terdata mengalami sindrom ini karena pergeseran posisi otaknya signifikan.
 
Profesor Radiologi di MUSC, Donna Roberts yang memimpin penelitian ini mengatakan studi lebih lanjut dibutuhkan untuk mengetahui efek tersebut permanen atau masih bisa normal kembali seperti semula. Ia menyarankan perjalanan ke ruang angkasa harus dikurangi supaya lebih aman.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement