REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proyek pengembangan pesawat turboprop R80 rancangan Presiden Ketiga RI BJ Habibie segera mendapat pembiayaan dari perusahaan asal Korea, D-Raon Engineering. Bantuan disalurkan melalui skema Pembiayaan Infrastruktur Non-APBN (PINA).
Pada penandatanganan nota kesepahaman (MoU) penjajakan investasi, Presiden Direktur PT Regio Aviasi Industri (RAI) Agung Nugroho belum mau menyebutkan nilai investasi dari kerja sama ini karena harus melalui tahap uji tuntas atau due dilligence selama tiga bulan.
"Soal besar investasinya, ini masih penjajakan. Kalau PINA fasilitasi, memang pasti diawali dengan proses due dilligence. Untuk tentukan nilainya, investir perlu uji tuntas," kata Agung di Kantor PT RAI, Jakarta, Jumat.
Agung menjelaskan pengembangan pesawat R80 yang masuk dalam salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN), ini membutuhkan total dana sebesar 1,6 miliar dolar AS.
Anggaran tersebut akan digunakan baik untuk detil desain pesawat, pembuatan manufaktur prototipe, pembelian barang komponen dari vendor dan "supply chain" Indonesia, biaya dan peralatan sertifikasi, peralatan desain, biaya operasi dan pengembangan pesawat.
Ada pun pada tahap pertama, pesawat R80 dengan kapasitas 80 penumpang, ini akan dibangun sebanyak 450 unit. Sebanyak 155 unit pesawat di antaranya sudah dipesan oleh sejumlah maskapai nasional, yakni dari NAM Air, Kalstar, Trigana Air dan Aviastar.
Dari total dana yang dibutuhkan sebesar 1,6 miliar dolar untuk pengembangan R80, proyek ini tidak menggunakan dana APBN sama sekali, melainkan dari swasta melalui PINA dan pembiayaan publik "crowd funding" yang saat ini sudah mencapai Rp6 miliar.
"Peran APBN tidak ada, jadi kami optimalkan dana dari luar negeri dan dalam negeri. Kita jajaki dari masyarakat juga kecil-kecil. Sekarang dari publik Rp6 miliar," kata CEO PINA Ekoputro Adijayanto.