REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Bila manusia cenderung lari dan sebagian hewan berpura-pura mati saat menghadapi bahaya, narwhal melakukan keduanya. Dalam penelitian tim internasional yang dipublikasikan di majalah Science awal Desember lalu, para peneliti mendapati narwhals memperlambat semua aktivitas tubuh mereka saat menghadapi kondisi bahaya sambil perlahan kabur. Detak jantung mamalia laut ini bisa turun hingga tiga detak per menit selama 10 menit. Sementara gerakan ekor mereka hanya 25 kali per menit saat bergerak menjauhi bahaya yang dihadapi.
''Ini mengejutkan kami karena ada mamalia laut lain yang juga bisa memperlambat detak jantung hingga serendah itu, tapi tidak selama yang dilakukan narwhal. Apalagi sambil berenang kabur,'' tutur biolog University of California, Santa Cruz AS, Terrie Williams seperti dikutip Science News beberapa waktu lalu.
Biasanya, narwhal atau yang sering disebut unicorn laut kabur dari predator atau pemburu dengan bersembunyi di bawah lapisan es. Namun, berkurangnya lapisan es di Arktik membuat mendorong narwhal memiliki cara bertahan lain. Menurut ekolog University of Washington, Seattle AS yang mendalami mamalia laut di Arktik, Kristin Laidre, saat narwhal mendeteksi kehadiran manusia, mereka segera menyelam dan menghilang dari pandangan.
Williams, Laidre, dan tim memasang alat deteksi respon kadivaskular dan gerak otot pada narwhal yang mereka tangkap lalu dilepaskan kembali. Dari catatan data mereka, selama kondisi normal, narwhal mengurangi detak jantung hingga 10-20 detak per menit untuk menghemat oksigen dan bisa menyelam lebih lama.
Saat kabur dari bahaya, narwhal butuh lebih banyak energi. Itu dikompensasi dengan menurunkan kerja jantung dan optimalisasi oksigen yang dalam darah dan otot hingga 97 persen dari hanya 52 persen pada kondisi normal.
''Kami khawatir secara biologis, narwhal mendorong batas kemampuan mereka melebihi yang mereka sanggupi,'' kata Williams.
Seiring meningkatnya aktivitas manusia di Arktik, hal itu bisa makin membahayakan narwhal. Mereka masih mencari tahu apakah kegiatan manusia di Arktik berdampak pada respons ekstrim pada narwhal untuk jangka panjang.