REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Tim peneliti dari Departemen Biologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mampu mengolah limbah ikan menjadi pakan ikan berprotein tinggi dan bernilai jual ekonomis. Hasil penelitian ini juga diyakini mampu meningkatkan produksi ternak ikan, serta mengurangi pencemaran lingkungan.
Penelitian yang diinisiasi Awik Puji Dyah Nurhayati beserta dua dosen lainnya, Edwin Setiawan dan Dewi Hidayati mampu menyulap limbah ikan pengasapan di daerah Kenjeran, Surabaya menjadi pelet ikan. Awik menjelaskan, penelitian ini dimulai sejak tahun 2012, sebagai program pengabdian masyarakat bersama Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITS.
Awik menjelaskan, selama ini limbah tangkapan ikan tidak memiliki nilai jual. Jika dibiarkan menumpuk, limbah ini akan menyebabkan pencemaran organik, bau, dan mengurangi nilai estetika lingkungan sekitarnya.
"Untuk mengatasi masalah itulah, kami mencoba merekayasa limbah tersebut di Laboratorium Zoologi dan Rekayasa Hewan di Departemen Biologi ITS. Produknya ini kemudian kami namakan Zuper Food Fish (Z-Fosh)," kata Awik di Surabaya, Kamis (21/12).
Bayu Laksono Putra, salah satu mahasiswa anggota penelitian menjelaskan, limbah ikan yang dibuang ke laut dapat menyebabkan pencemaran dan merusak ekosistem. Bagian-bagian yang biasa dibuang adalah insang, ekor, dan jeroan.
"Padahal itu kan kaya protein dan dapat diolah menjadi pakan ikan bergizi serta bernilai ekonomis," ujar Bayu.
Dalam penelitian ini, jelas Bayu, tim Z-Fosh juga menggunakan limbah hasil pengasapan ikan, keong sawah, dedak, tepung tapioka, vitamin konsentrat, daun pepaya, dan ragi tempe. Cara pembuatannya pun cukup mudah. Hanya dengan melumatkan dan mencampur adonan, setelah itu mencetak bentuk pelet yang kemudian dikeringkan supaya tahan lama.
Lebih lanjut Bayu memaparkan, limbah ikan harus direbus dan dipisahkan lemaknya terlebih dahulu, sebelum dikeringkan di oven. Sementara keong sawah harus dicuci dulu, kemudian dikukus dan dipisahkan dari cangkangnya.
"Ini tujuannya mengurangi zat beracun dan patogen, serta mengontrol kandungan senyawa aflatoksin agar tidak lebih dari 50 ppm," kata Bayu.
Bayu melanjutkan, pelet ikan Z-Fosh kini telah diterapkan sebagai pakan ikan lele dumbo. Itu tak lain karena lele dumbo dikenal memiliki ketahanan tubuh yang lebih kuat dibanding ikan lain.
Bayu mengungkapkan, produk Z-Fosh dijual seharga Rp 13.000 per kilogram. Produk ini jauh lebih murah daripada harga pakan lain di pasaran. Saat ini, lanjut Bayu, tim tengah fokus pada tahap pengembangan dan perbaikan mutu produk. Sehingga, ke depannya, pelet ikan ini bisa diproduksi dalam skala industri dan dipatenkan.
"Sekitar 60-70 persen dana ternak ikan itu digunakan untuk membeli pakan. Pelet Z-Fosh ini dapat digunakan sebagai upaya terobosan untuk penghematan biaya ternak ikan," ujar Bayu.
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement