REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti dari Australia dan Indonesia mengembangkan satu vaksin untuk memberi perlindungan dari penyebab umum diare pada anak-anak setelah uji klinik di Indonesia. Ini merupakan pertama kalinya di dunia.
Vaksin rotavirus (RV3-BB) ini dikembangkan oleh para ilmuwan dari Murdoch Children’s Research Institute (MCRI) Melbourne dan Universitas Gadjah Mada. Vaksin dirancang untuk memberikan perlindungan awal dari diare dengan dehidrasi untuk bayi dan anak-anak.
Uji klinik didanai oleh Australian National Health dan Dewan Riset Medis, manufaktur vaksin Indonesia PT Bio Farma, dan Bill & Melinda Gates Foundation. Uji klinik melibatkan sebanyak 1.649 bayi baru lahir. Bayi-bayi diberikan vaksin RV3-BB di 25 pusat kesehatan masyarakat dan rumah sakit di Klaten, Jawa Tengah dan Sleman, Yogyakarta. Vaksin rotavirus saat ini hanya bisa diberikan untuk bayi berusia lebih dari enam minggu sehingga menyebabkan bayi baru lahir, khususnya, menjadi rentan terhadap infeksi rotavirus.
Hasil uji klinik yang diterbitkan di New England Journal of Medicine, menunjukkan bahwa setelah pemberian tiga dosis RV3-BB dari sejak lahir, 94 persen bayi-bayi yang baru lahir terlindungi dari gastroenteritis rotavirus hingga satu tahun pertama. Tiga perempat dari bayi-bayi terlindungi hingga usia 18 bulan.
“Dengan memulai vaksinasi sejak kelahiran, kita bisa memberikan perlindungan pada bayi-bayi dari penyakit yang disebabkan oleh rotavirus paling tidak sejak mulai usia tiga bulan. Setelah masa itu, bayi kadang-kadang melewatkan kesempatan vaksinasi pada saat risiko mereka terkena rotavirus semakin tinggi,” kata Profesor Yati Soenarto, pemimpin regional di bidang riset gastroenterologi pediatrik dan rotavirus di Indonesia.
Kuasa Usaha Kedutaan Besar Australia di Indonesia Allaster Cox mengatakan keberhasilan pengembangan vaksin RV3-BB merupakan prestasi nyata dari sains dan kesehatan global. “Ini merupakan hal yang paling baru dari kolaborasi panjang yang berhasil antara lembaga-lembaga Australia dan Indonesia," kata dia.