REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmuwan menyebut ada kemungkinan air menyebar di permukaan bulan. Pada 2009, tiga pesawat ruang angkasa memastikan terdapat air di bulan. Namun, hingga saat ini para astronom menganggap sebagian besar air tersebut terperangkap karena suhu yang dingin di kutub bulan. Sekarang, sebuah analisis baru dari dua misi ke bulan yang dilakukan meragukan teori tersebut dan menunjukkan bahwa air sebenarnya dapat menyebar ke permukaan bulan.
Analisis yang dipublikasikan di jurnal Nature Geoscience pada 12 Februari, dapat membantu para periset memahami dari mana asalnya air bulan dan bagaimana air dapat dijadikan sebagai sumber daya untuk Bumi. Apakah air tersebut dapat dikumpulkan untuk air minum atau diubah menjadi hidrogen dan oksigen untuk bahan bakar roket bagi penjelajah ruang angkasa di masa depan.
Ilmuwan Temukan 100 Planet Baru di Luar Tata Surya Bumi
Meskipun analisis baru ini tidak memberi peneliti data yang cukup tentang bagaimana air dapat diakses, namun hal tersebut menunjukkan bahwa baik H2O (molekul air) dan OH (molekul yang dikenal sebagai hidroksil) tersebar di permukaan bulan dan dapat ditemukan pada siang maupun malam hari.
"Kami menemukan bahwa tidak masalah jam berapa waktu atau lintang yang kita lihat, sinyal yang mengindikasikan air selalu tampak hadir," kata seorang ilmuwan senior di Space Science Institute, Joshua Bandfield seperti yang dilansir di Space.com, Selasa (27/2).
"Kehadiran air tampaknya tidak bergantung pada komposisi permukaan," tambahnya.
Studi sebelumnya menunjukkan bahwa air dan hidroksil yang dibuat hanya dengan satu molekul oksigen dan satu molekul hidrogen, kebanyakan ditemukan di kutub bulan dan membeku karena dingin.
Bandfield dan timnya masih mencari tahu data yang didapat tentang sumber air di bulan. Namun, mereka memperkirakan air dapat terbuat saat angin matahari menghantam permukaan bulan dan atom hidrogen di angin bereaksi dengan atom oksigen di bebatuan bulan, serta di permukaan bulan yang berdebu, yang disebut regolith. Meskipun demikian, mereka tidak ingin mengurangi kemungkinan bahwa air tersebut dapat ekstrak secara perlahan dari mineral di bulan sejak pembentukannya.
"Beberapa dari masalah ilmiah ini sangat sulit dan hanya dengan menggambar banyak sumber dari misi ke bulan yang berbeda, sehingga kita dapat menemukan jawabannya," kata ilmuwan dari proyek Lunar Reconnaissance Orbiter NASA, John Keller.