Rabu 28 Mar 2018 05:22 WIB

Angka Penggunaan Antibiotik Meningkat

Penggunaan antibiotik di negara-negara berpenghasilan tinggi sedikit menurun.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Winda Destiana Putri
Antibiotik
Foto: pixabay
Antibiotik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi yang dirilis dalam jurnal Proceedings of National Academy of Sciences (PNAS) menyatakan penggunaan antibiotik pada manusia telah meningkat 39 persen. Peningkatan besar itu menimbulkan kekhawatirkan atas resistensi antibiotik.

Ketika antibiotik dikonsumsi secara berlebihan maka bisa mengakibatkan resistensi antibiotik. Kondisi tersebut membuat infeksi tidak lagi menanggapi obat yang digunakan untuk mengobatinya.

Bahkan diperkirakan, jika tidak ada perubahan untuk menurunkan angka tersebut, tahun 2050 akan terjadi kematian pada 10 juta orang. Hal itu terjadi karena masalah resistensi antibiotik yang terjadi.

Dalam studi tersebut, peneliti melihat konsumsi antibiotik manusia di 76 negara dari waktu ke waktu. Tidak ada sistem global yang melacak penggunaan antibiotik, jadi perkiraan laporan adalah salah satu yang paling komprehensif hingga saat ini.

Mereka menemukan untuk setiap 1.000 orang, tingkat konsumsi antibiotik meningkat dari 11,3 dosis per hari pada tahun 2000 menjadi 15,7 setiap hari pada tahun 2015. Penggunaan penisilin atau jenis antibiotik yang paling umum meningkat sebesar 36 persen.

Peningkatan penggunaan paling berlebihan terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah hingga 114 persen. Namun, mereka juga mencatat peningkatan konsumsi di negara-negara ini belum tentu merupakan hal yang buruk, sebab negara-negara miskin cenderung memiliki tingkat penggunaan yang lebih rendah daripada negara-negara berpenghasilan tinggi, sebagian besar karena kurangnya akses.

I"ni adalah tindakan penyeimbangan yang sulit," kata rekan penulis studi dan peneliti Pusat Dinamika Penyakit, Ekonomi& Kebijakan (CDDEP) Eili Klein, dikutip dari TIME, Rabu (28/3).

Klein menjelaskan, meski bukan sesuatu yang buruk karena menunjukkan kemudahan akses obat, nyatanya infeksi yang terjadi bisa dicegah tanpa perlu mengonsumsi antibiotik. Sehingga, penggunaan antibiotik seharusnya bisa diberikan jika masalah tersebut bisa diatasi.

Laporan itu pun menunjukkan, penggunaan antibiotik di negara-negara berpenghasilan tinggi sedikit menurun. Meskipun penggunaan obat-obatan didorong untuk lebih bijaksana di beberapa negara maju, seperti Amerika Serikat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement