Jumat 06 Jul 2018 00:17 WIB

Obat Kutu Hewan Bisa Cegah Penyebaran Zika

Penyakit menular yang dibawa serangga tetap menjadi penyebab utama kematian

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Esthi Maharani
 Nyamuk Aedes aegypti penyebab visrus zika.
Foto: Reuters/ Paulo Whitaker
Nyamuk Aedes aegypti penyebab visrus zika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Obat-obatan yang digunakan untuk melindungi hewan peliharaan dari serangan kutu ternyata bisa menurunkan risiko penyakit yang dibawa nyamuk, seperti zika. Studi ini diterbitkan 2 Juli 2018 dalam Proceedings of the National Academy of Sciences dipimpin ilmuwan di Calibr, sebuah lembaga penemuan obat nirlaba yang terhubung dengan Scripps Research Institute dan TropIQ Health Sciences, sebuah perusahaan sosial Belanda.

"Penyakit menular yang dibawa serangga tetap menjadi penyebab utama kematian seluruh dunia. Pendekatan-pendekatan baru untuk mencegah wabah penyakit ini sangat dibutuhkan," kata peneliti sekaligus CEO Calibr dan Scripps Research Institute, Peter Schultz, dilansir dari Consumer Healthday, Kamis (5/7).

Peneliti membuat permodelan menggunakan nyamuk. Mereka menemukan obat yang disebut isoxazolines - biasa digunakan dalam produk-produk kedokteran hewan untuk melindungi hewan peliharaan dari kutu - ternyata bisa membunuh spesies nyamuk pembawa penyakit yang mengisap darah manusia. Contoh isoxazolines adalah fluralaner (Bravecto) dan afoxolaner (NexGard), yang dipasarkan untuk anjing dan kucing.

Peneliti menyimpulkan pemberian isoxazolines kepada kurang sepertiga orang di daerah di mana ada wabah penyakit musiman yang ditularkan serangga bisa mencegah hingga 97 persen infeksi. Obat yang dimaksud tidak sama dengan vaksin.

"Seseorang yang mengonsumsi obat itu masih bisa terinfeksi gigitan, namun serangga akan mati sebelum menularkan penyakit ke orang lain, sehingga membatasi penyebaran infeksi," kata Schultz.

Temuan ini menunjukkan isoxazolines mungkin efektif mengendalikan wabah penyakit yang dibawa nyamuk dan serangga lain, khususnya di daerah dengan infrastruktur medis terbatas. Selama ini penelitian tentang penyakit yang ditularkan serangga difokuskan pada pengendalian populasi serangga, melalui penggunaan insektisida dan pencegahan gigitan melalui distribusi kelambu.

"Pendekatan seperti ini belum sepenuhnya efektif mengendalikan wabah," kata CEO TropIQ Health, Koen Dechering.

Vaksin juga mulai kurang ampuh mengobati orang-orang yang terjangkit penyakit tersebut. Ini karena vaksin kehilangan kemanjurannya akibat resistensi. Schultz, Dechering dan rekan-rekannya menambahkan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menguji keamanan dan efektivitas isoxazolines pada manusia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement