Selasa 24 Jul 2018 16:40 WIB

Wanita Banyak Anak Miliki Risiko Alzheimer Lebih Besar?

Penelti ingatkan temuan ini bukan panduan menentukan jumlah kehamilan

Rep: Dwina Agustin/Nora Azizah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Anak dan ibu sedang belajar di rumah.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Anak dan ibu sedang belajar di rumah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama beberapa dekade, para ahli telah menjelaskan perbedaan gender yang pengaruhi Alzheimer. Wanita memiliki risiko lebih besar terkena Alzheimer daripada pria, dan faktor risiko terbesar untuk Alzheimer adalah usia karena wanita memiliki usia lebih panjang.

"Semua orang menepis fakta bahwa perempuan hidup lebih lama. Sekarang sains mengatakan, tunggu, itu bukan akhir dari cerita," kata profesor epidemiologi di University of California, Davis Rachel Whitmer, dikutip dari Time, Selasa (24/7)

Berbicara dengan wanita, maka kehamilan merupakan hal yang paling umum. Ternyata hubungan wanita yang memiliki anak dengan alzheimer cukup rumit.

Terdapat dua penelitian yang bertolak belakang,  satu studi menemukan bahwa semakin banyak anak yang dimiliki seorang wanita, semakin rendah risikonya terkena demensia. Sementara yang lain menemukan bahwa memiliki lima atau lebih anak-anak dikaitkan dengan risiko Alzheimer yang lebih tinggi.

Whitmer dan rekannya Paola Gilsanz, ilmuwan staf dari Divisi Penelitian Kaiser Permanente, mempresentasikan data pada studi pada pertemuan tahunan Asosiasi Alzheimer. Mereka menganalisis informasi kesehatan dari lebih dari 14.500 wanita yang menjadi anggota Kaiser Permanente dari tahun 1960-an hingga 2017.

Keduanya melacak pencapaian reproduksi wanita, termasuk periode pertama, jumlah anak-anak dan keguguran yang dialami, dan ketika mulai menopause. Mereka kemudian mengkorelasikan informasi ini dengan catatan diagnosa demensia.

Setelah disesuaikan untuk faktor-faktor yang dapat mempengaruhi demensia, termasuk alzheimer, seperti obesitas, merokok, pendidikan, dan ras. Hasil penelitian itu menemukan  wanita yang memiliki tiga atau lebih anak memiliki risiko 12 persen lebih rendah terkena demensia dibandingkan dengan wanita dengan satu anak.

Wanita yang mengalami keguguran memiliki risiko lebih tinggi mengalami demensia dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalaminya. Setiap keguguran dikaitkan dengan 8 persen peningkatan risiko demensia.

Ketika wanita mulai menstruasi juga tampaknya mempengaruhi risiko demensia. Mereka yang periode pertamanya terjadi pada usia 16 tahun atau lebih memiliki risiko 22 persen lebih besar mengalami demensia dibandingkan dengan wanita yang mendapat periode pertama mereka antara usia 10 tahun dan 13 tahun.

Studi terbaru lainnya tentang kehamilan dan risiko Alzheimer muncul di jurnal Neurology. Peneliti dari Korea menganalisis hampir 3.500 wanita dari Korea dan Yunani.

Peneliti itu menemukan kecenderungan sebaliknya dari penelitian yang dilakukan Whitmer dan Paola Gilsanz. Mereka melaporkan, wanita yang memiliki lima anak atau lebih memiliki hampir dua kali risiko menunjukkan tanda-tanda Alzheimer, yang diukur pada tes kognitif standar, dibandingkan dengan wanita dengan satu hingga empat anak.

Mereka juga menemukan, wanita dengan kehamilan yang tidak lengkap, karena keguguran atau aborsi, berkinerja lebih baik pada tes kognitif dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah mengalami keguguran atau aborsi. "Hasil kami mungkin menyediakan satu mekanisme yang mungkin menjawab mengapa penyakit Alzheimer lebih umum pada wanita daripada pada pria," kata Dr Ki Woong Kim, dari departemen otak dan ilmu kognitif di Seoul National University College of Natural Sciences dan penulis senior studi ini.

Kim mengatakan, kehamilan dan persalinan menyebabkan perubahan dramatis tingkat hormon seks. Sehingga timnya berhipotesis, kehamilan dan hasilnya mempengaruhi risiko penyakit Alzheimer di akhir kehidupan.

Kontrasepsi berbasis estrogen, misalnya, telah dikaitkan dengan peningkatan fungsi kognitif pada wanita baik sebelum dan sesudah menopause. Secara teoritis, kata Kim, mungkin wanita yang memiliki lebih banyak anak dapat terpapar pada kadar estrogen yang lebih ekstrim yang mungkin dapat merusak fungsi kognitif seiring waktu.

Untuk saat ini, temuan tidak harus ditafsirkan sebagai panduan untuk menentukan jumlah ideal kehamilan yang harus ditargetkan wanita untuk kesehatan otak yang optimal. Semua penulis penelitian mencatat bahwa belum jelas bagaimana wanita mengubah paparan hormon, sebagai akibat dari pubertas, melahirkan anak dan menopause, dapat memengaruhi otak.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement