REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erik Purnama Putra/Wartawan Republika
Perubahan teknologi yang semakin cepat memicu hadirnya era disrupsi. Kini semua negara, termasuk Indonesia bersaing ketat untuk bisa memanfaatkan revolusi teknologi sebagai momentum memperbaiki peradaban masyarakat.
Hadirnya revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan bergantinya tenaga manusia menjadi mesin atau robot membawa dampak tersendiri bagi dunia kerja di Indonesia. Kedatangan revolusi industri keempat atau 4.0 tidak bisa dihindari oleh Indonesia. Pun dengan dampaknya tak akan bisa dibendung.
Oleh karena itu, Indonesia tidak boleh ketinggalan dalam memanfaatkan peluang ketika revolusi industri keempat mulai menghampiri negeri ini. Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan, sektor manufaktur nasional wajib menghadapi perubahan besar-besaran dalam membangun sistem produksi apabila tidak ingin terlindas.
Pasalnya, sistem industri keempat terbukti memberikan keuntungan bagipelaku industri dengan mengurangi biaya sekitar 12 persen sampai 15 persen. Dengan memakai mesin atau robot yang dapat digerakkan secara otomatis maka hasilproduksi lebih efisien daripada terus dikerjakan manusia.
Beberapa sektor industri nasional yang sudah terdampak revolusi industri keempat, yaitu pabrik semen, otomotif, serta makanan dan minuman (mamin). Sebagaimana kita ketahui, dalam perakitan otomotif sudah banyak yang bisa dikerjakan secara otomatis. Penerapan sistem robotik dalam proses produksi otomotif yang terbukti memangkas waktu dan itu jelas mengancam tenaga kerja manusia.
Ketika semua negara berlomba-lomba meningkatkan mutu pendidikan dan memperkuat budaya riset, Indonesia seharusnya juga tidak boleh ketinggalan. Saat ini, bukan eranya lagi sebuah negara hanya mengandalkan kekayaan alamnya sebagai sumber pemasukan negara.
Pola menjual hasil tambang dan komoditas sudah dianggap kuno dan bahkan ditinggalkan beberapa negara. Karena syarat utama sebuah negara bisa maju tidak lain tidak bukan harus memiliki sumber daya manusia (SDM) unggul yangpunya kompetensi tinggi. Dengan memiliki daya saing tinggi maka menjadi kunci satu-satunya bagi Indonesia untuk bisa bersaing di era revolusi industri keempat.
Tidak salah, pemerintah berupaya mewaspadai dampak buruk revolusi industri keempat karena ke depannya akan semakin banyak lapangan pekerjaan yang digantikan robot. Supaya lapangan kerja bagi manusia bisa tetap tersedia dengan baik, diperlukan sebuah adaptasi agar angkatan kerja bisa lebih terampil dalam menghadapi era perubahan seperti sekarang ini.
Pun dengan pelaku industri wajib terus melakukan inovasi agar usahanya bisa bertahan dan menyesuaikan diri, atau bahkan lebih kompetitif dalam menyambut persaingan yang lebih ketat.Untuk bisa sukses dalam mengarungi revolusi industri keempat, angkatan kerja yang saat ini didominasi anak muda wajib terus belajar hingga dapat menguasai teknologi terkini.
Bahkan, para pekerja diharuskan dapat mengintegrasikan kemampuan yang dipelajarinya untuk diterapkan guna mendongkrak produktivitas mereka selama bekerja.Menangkap peluang selama ini, Indonesia telihat belum sanggup memaksimalkan munculnya teknologi terbaru untuk mendongkrak pembangunan industri sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi.
Kurang tanggapnya pemerintah dalam menerapkan berbagai inovasi membuat status sebagai negara berkembang tak juga lepas, yang diikuti belum sejahteranya masyarakat. Cita-cita menjadi negara maju pun menemui jalan terjal.
Harus diakui, masih banyak hal yang perlu dibenahi oleh Indonesia ketika ingin mengejar negara-negara industri maju tersebut. Tapi tidak boleh tidak, Indonesia wajib memanfaatkan era revolusi industri keempat untuk meningkatkan kualitas para pekerja agar lapangan pekerjaan yang ada tidak direbut oleh mesin atau robot.
Hadirnya alat-alat robotik tidak akan mengurangi kontribusi pekerja manusia. Kondisi itu didukung dengan lahirnya berbagai temuan baru berbasis teknologi yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Sehingga akan hadir jenis pekerjaan-pekerjaan baru yang hanya bisa diisi oleh mereka selaku pemilik kualifikasi sesuai dengan standar yang dibutuhkan perusahaan.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meresmikan peta jalan (roadmap) yang disebut Making Indonesia 4.0 belum lama ini. Sekarang, peta jalan tersebut perlu dikawal agar tidak sekadar menjadi wacana belaka dan dapat diterapkan secara nyata.
Hal itu karena kalau Indonesia dapat menjalakan revolusi industri keempatmaka jumlah lapangan pekerjaan bisa terus diciptakan. Saat ini, Kemenperin terus berupaya memfasilitasi lokasi inkubasi bisnis dengan mendorong penciptaan wirausaha berbasis teknologi melalui pengembangan startup.
Tentu penciptaan wirausaha itu diperlukan sebuah techno park yang dibangun di beberapa wilayah di Indonesia, seperti di Bandung (Bandung Techno Park), Denpasar (TohpaTI Center), Semarang (Incubator Business Center Semarang), Makassar (Makassar Techno Park-Rumah Software Indonesia), dan Batam (Pusat Desain Ponsel).
Yang harus diingat, keberhasilan pendirian techno park juga tidak bisa dilepaskan dari para peneliti. Untuk itu, Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) yang merupakan 'rumah' berkumpulnya pusat peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) sangat tepat ditunjuk menjadi leading sector dalam melahirkan inovasi di kawasan techno park.
Sebagai aset besar nasional, Puspiptek wajib dapat menjawab tantangan zaman dengan mengadakan berbagai penelitian yang hasilnya bisa melahirkan multiplier effect bagi dunia industri Tanah Air. Sayangnya, hingga kini, masyarakat masih belum mendengar adanya gebrakan yang dilakukan Puspiptek dalam ikut merancang pendirian technopark agar bisa sukses.
Sebagai jantungnya pusat penelitian di Indonesia, hendaknya Puspiptek lebih berperan dalam memberi masukan atau setidaknya ikut terlibat merancang lahirnya sebuah gagasan hingga akhirnya menjadi inovasi besar yang berdampak bagi negara.
Memang tidak mudah, namun Puspiptek yang lahir dari pemikiran BJ Habibie harus bisa menjawab tantangan tersebut. Puspiptek yang merupakan pusat penguasaan dan pengembangan iptek, pusat pengembangan kewirausahaan dan inkubasi UMKM, pusat pendidikan dan latihan SDM, serta pusat alih teknologi dan informasi iptek menjadi lokasi tepat dan lengkap untuk ditunjuk sebagai lokomotif penggerak menghadapi revolusi industri keempat.
Hal itu lantaran kawasan Puspiptek di Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) berada kawasan yang dikelilingi belasan perguruan tinggi bisa disiapkan menjadi cikal bakal kawasan teknopolitan. Tidak salah, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ingin menjadikan kawasan Puspiptek layaknya seperti Silicon Valley di Amerika Serikat (AS), yang menjadi tempat lahirnya beragam penemuan yang manfaatnya dirasakan masyarakat seluruh dunia.
Merujuk pada sebuah daerah terkenal di San Francisco yang menjaditempat berkumpulnya industri strategis berdampingan dengan universitas top di Negeri Paman Sam yang disebut kawasan Silicon Valley, Indonesia seharusnya bisa menerapkan zona yang sama. Misi BPPT mendorong kawasan Puspiptek menjadi layaknya Silicon Valley tidaklah muluk-muluk.
Banyaknya para peneliti yang siap melahirkan inovasi terkini akan bisa mengubah tatanan di masyarakat. Berbagai temuan-temuan baru akan dinantikan masyarakat karena bisa mendorong peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup.
Dengan adanya teknologi, temuan kecil bisa berdampak besar hingga menciptakan ribuan lapangan pekerjaan kalau memang dirasa hasilnya sangat bermanfaat bagi masyarakat. Kasus perusahaan rintisan (start up) Gojek, misalnya, yang bahkan bisa menghadirkan ratusan ribu pekerja sebagai pengemudi hanya dengan memanfaatkan teknologi.
Puspiptek yang menjadi 'rumah besar' bagi para peneliti hendaknya mulai menyiapkan program guna meningkatkan kemampuan para penelitinya. Tidak boleh lagi, peneliti membuat inovasi atau penelitian yanga hanya berhenti pada pembuatan paper atau jurnal semata, namun hasilnya tak bisa dapat digunakan untuk kepentingan luas. Puspiptek bisa mengawalinya dengan menggandeng Pemerintah Kota Tangsel, universitas, dan industri sekitarnya untuk bersatu-padudalam menghasilkan sebuah kebijakan yang selaras dalam memunculkan inovasi terkini yang hasilnya bermanfaat bagi dunia industri.
Sudah saatnya harapan itu diemban dan dijawab para peneliti Puspiptek!