Senin 03 Dec 2018 01:00 WIB

Observatorium Bosscha Perlu Dilindungi dari Polusi Cahaya

Polusi cahaya bisa mengganggu pengamatan dari Bosscha.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Dwi Murdaningsih
90 tahun teleskop Zeiss di Observatorium Bosscha kondisinya masih berfungsi dengan baik. Namun, kondisi polusi cahaya dan udara yang ada membuat pengamatan astronomi menyempit Sabtu (1/12).
Foto: Republika/M Fauzi Ridwan
90 tahun teleskop Zeiss di Observatorium Bosscha kondisinya masih berfungsi dengan baik. Namun, kondisi polusi cahaya dan udara yang ada membuat pengamatan astronomi menyempit Sabtu (1/12).

REPUBLIKA.CO.ID, LEMBANG -- Observatrium Bosscha perlu dilindungi dari polusi cahaya. Kepala Observatorium Bosccha, Premana W Premadi mengungkapkan letak Observatorium Bosscha yang berada di wilayah ketinggian Lembang, Bandung Barat relatif menguntungkan meski banyak pemukiman. Namun, dengan semakin bertambahnya penduduk di Kota Bandung dikhawatirkan akan meluas ke wilayah Lembang.

“Pengamatan astronomi berkualitas tapi cakupan langit sempit. Kita upayakan agar tidak bertambah parah,” ujarnya kepada wartawan disela-sela acara 90 tahun Teleskop Refractor Ganda Zeiss di Observatorium Bosscha, Sabtu (1/12).

Menurutnya, keberadaan peraturan presiden yang baru dikeluarkan dianggap bisa melindungi Bosscha. Salah satu kebijakan Presiden Jokowi untuk menjaga kualitas pengamatan astronomi di Bosscha adalah Peraturan Presiden No 45 tahun 2018 tentang rencana tata ruang kawasan perkotaan Cekungan Bandung. Secara kongkret, melindungi Observatorium Bosscha.

Ia menuturkan, pihaknya berharap agar pemerintah provinsi termasuk kabupaten dan kota bisa segera membuat aturan dari peraturan presiden tersebut. Termasuk keterlibatan dari masyarakat agar bisa mengurangi polusi cahaya dan udara yang berdampak kepada pengamatan astronomi di Bosscha.

Dirinya mengungkapkan, salah satu upaya yang dilakukan Bosscha untuk meminimalisasi polusi cahaya di sekitaran Lembang dengan memberikan secara gratis penutup lampu.  “Kita siapkan tudung lampu (buatan Bosscha) dibagikan kepada penduduk setempat,” katanya.

Nana sapaan Premana menyoroti billboard digital di Kota Bandung yang menyala 24 jam. Padahal, seharusnya billboard bisa dimatikan pada jam-jam tertentu. “Banyak billboard jam tayangnya sampai pagi seharusnya nggak perlu, bisa dimatikan jam tertentu,” katanya.

Menurutnya, dengan cara seperti itu maka perlahan bisa meminimalisasi polusi cahaya dan hemat listrik. Dengan kondisi tersebut maka pengamatan astronomi pun akan ikut terbantu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement