Senin 03 Dec 2018 18:57 WIB

FMIPA UI akan Tambah Alat Deteksi Dini Gempa Bumi

Sistem terpasang dalam keadaan siaga selama terhubung dengan aliran listrik.

Rep: Rusdy Nurdiansyah/ Red: Endro Yuwanto
Gempa bumi (ilustrasi)
Gempa bumi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Laboratorium Riset Bencana Kebumian Departemen Geosains, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Indonesia (UI), bersiap menambah jumlah alat deteksi dini gempa bumi. Alat Earthquake Warning Alert System (EWAS) akan dipasang di sejumlah wilayah rawan bencana untuk membantu warga sekitar waspada jika mendengar peringatan dini pada saat terjadi gempa bumi.

"Pemasangan di wilayah Lombok terbukti bagus setelah dievaluasi. Maka, kami akan pasang lagi, InsyaAllah di wilayah Donggala Palu, Cimandiri Lebak Banten, dan beberapa daerah di sekitarnya," ujar Ketua Laboratorium Riset Bencana Kebumian Departemen Geosains FMIPA UI Dr Supriyanto di Kampus UI Depok, Ahad (2/12).

Menurut Supriyanto, EWAS memberi tanda peringatan gempa bumi berupa bunyi sirine yang keras. Setelah melalui evaluasi pemasangan di Lombok, sistem ini efektif mendeteksi guncangan gempa dengan magnitudo kecil yang terjadi beberapa saat sebelum gempa utama. "Sistem peringatan dini ini diharapkan jadi acuan bagi masyarakat untuk melakukan evakuasi dan penyelamatan diri sehingga mampu mengurangi dampak negatif dan kerugian akibat gempa bumi," jelasnya.

Alat ini, lanjut Supriyanto, merupakan sensor getaran yang bekerja secara terpadu. Sistem terpasang dalam keadaan siaga (stand-by) selama terhubung dengan aliran listrik.

Supriyanto menjelaskan, tanda peringatan berupa bunyi sirine hanya akan aktif ketika sinyal getaran permukaan bumi terdeteksi secara bersamaan di seluruh sistem yang tersebar di suatu wilayah. "Sehingga untuk getaran yang bersifat lokal (yang disebabkan oleh kendaraan, aktivitas warga lainnya) alat ini tidak memberikan tanda," jelas dia.

Sebelumnya, instalasi alat EWAS dilakukan pada Sabtu (13/10) dan Ahad (14/10) di Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sebanyak enam unit EWAS dipasang tersebar dengan posisi antar-EWAS berjarak 200 hingga 300 meter. Pusat keramaian masyarakat menjadi tempat prioritas pemasangan EWAS, seperti di pertokoan, tempat ibadah, dan Kantor Desa Sembalun Bumbung.

Pengembangan alat EWAS didanai oleh Hibah Pengabdian Masyarakat dari Universitas Indonesia tahun 2018. Sementara biaya pemasangan EWAS disponsori oleh Gerakan UI Peduli Lombok.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement