Jumat 04 Jan 2019 15:04 WIB

Air Ini tidak Tersentuh Selama 700 Tahun

Suhu permukaan laut telah naik 0,8 derajat Celcius sejak 1901.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Samudra Pasifik
Foto: Reuters
Samudra Pasifik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar 700 tahun yang lalu, sebelum manusia mulai memompa karbon ke atmosfer dan menghangatkan iklim, bumi dalam kondisi membeku. Penelitian baru menemukan, di kedalaman Pasifik masih menyimpan sesuatu dari zaman es tersebut.

Samudra Pasifik menjadi sedikit lebih dingin di lebih dari dua kilometer ke bawah. Sebab, air yang terakhir di permukaan selama Little Ice Age baru saja bercampur dengan air di kedalaman yang lebih hangat.

Gema suhu yang menakutkan dari era masa lalu ini penting bagi para ilmuwan iklim modern. Kapasitas lautan untuk menahan panas untuk apa yang terjadi di atmosfer dan di darat akhirnya bisa terlihat.

"Jika kita akan memahami perubahan iklim, ini semua tentang mencoba mempelajari di mana panas dan karbon bergerak di sekitar sistem bumi," kata peneliti studi dan  ahli kelautan fisikawan di Woods Hole Oceanographic Institution di Massachusetts Jake Gebbie, dikutip dari Live Science, Jumat (4/1).

Gebbie dan rekan dari Universitas Harvard Peter Huybers, sebelumnya menemukan pada 2012 perairan Pasifik yang dalam memang sangat tua. Sekitar 2,5 kilometer di bawah permukaan, perairan Pasifik tua sudah terlihat sekitar 1.000 tahun yang lalu.

Gebbie menegaskan, penemuan ini harus dapat mendeteksi petunjuk dari seperti apa permukaan laut masa lalu dengan memeriksa perairan laut yang dalam. Masalahnya adalah sulit mempelajari setengah bagian dasar lautan.

Sejak 2002, sebuah konsorsium internasional bernama Program Argo telah menggunakan instrumen mengambang untuk mengukur suhu, salinitas, dan fitur laut lainnya di seluruh dunia. Survei mendalam global terakhir adalah sesuatu yang disebut Eksperimen Sirkulasi Lautan Dunia pada 1990-an.

Menggunakan data dari survei itu, Gebbie dan Huybers melatih model komputer untuk meniru pola sirkulasi modern di lautan. Namun, untuk melihat pola sejarah, mereka membutuhkan beberapa data dunia nyata untuk perbandingan. Untungnya, mereka memilikinya dalam survei oseanografi modern pertama, The HMS Challenger pada pertengahan 1870-an.

HMS Challenger adalah kapal survei Inggris yang melakukan perjalanan 130 ribu Km untuk ekspedisi antara 1872 dan 1876. Para kru Challenger secara berkala menjatuhkan termometer pada tali ke kedalaman dua kilometer. Gebbie dan Huybers harus mengoreksi data ini sedikit karena tekanan di lautan dalam dapat mengompresi merkuri dalam termometer gaya lama, yang memiringkan pengukuran.

Koreksi tersebut mengungkapkan selama 125 tahun terakhir, Samudra Atlantik telah memanas di semua kedalaman. Sedangkan Pasifik menunjukkan tren pendinginan selama abad ke-20 yang dimulai antara kedalaman 1,8 dan 2,6 Km.

Jumlah pendinginan yang tepat belum jelas, namun itu kecil. Peneliti menemukan, mungkin antara 0,02 derajat dan 0,08 derajat Celsius. Angka-angka itu adalah awal, kata Gebbie, dan para peneliti berencana untuk melihat lebih dekat pada data untuk membuatnya lebih tepat.

Meski begitu, penelitian yang telah rilis di jurnal Science mengungkapkan, perbedaan suhu antara perairan Atlantik dan Pasifik masuk akal. Perairan Samudra Atlantik lebih mudah bercampur dibandingkan perairan Pasifik. Ini sebagian karena air yang dingin dan padat memasuki Atlantik dari daerah kutub Selatan dan Utara.

Perairan Atlantik tenggelam ke dasar agak cepat, memaksa pengadukan cepat. Pasifik lebih besar dan tidak diisi ulang sama sekali dari utara, jadi perairannya yang dalam di dekat bagian bawah lebih lama.

Itu berarti pola iklim lama juga bertahan lebih lama. Dalam hal ini, kata Gebbie, tren pendinginan disebabkan oleh pencampuran air permukaan lama dari dua periode yang berbeda. Yang pertama adalah Medieval Warm Period, periode antara sekitar 950 M dan 1250 M. Pada kedalaman lebih dari dua Km, air yang ada di permukaan selama Medieval Warm Period kini digantikan oleh air dingin dari Little Ice Age.

Tapi, Gabbie mengatakan, semua ini dibayangi oleh pemanasan modern. Perbedaan suhu permukaan laut dari Medieval Warm Period hingga Little Ice Age sekitar 0,4 derajat celcius selama 900 tahun.

Sebagai perbandingan, menurut data National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), suhu permukaan laut telah naik 0,8 derajat Celcius sejak 1901. Ilmuwan iklim berabad-abad di masa depan tidak akan dapat melihat petunjuk dari Medieval Warm Period atau Little Ice Age di Pasifik, karena semuanya akan terhapus oleh efek pemanasan abad ke-20.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement