Selasa 22 Jan 2019 13:22 WIB

Mengenal Jenis-Jenis Insomnia

Orang dengan subtipe 1 memiliki risiko depresi seumur hidup terbesar.

Rep: MGROL116/ Red: Ani Nursalikah
Insomnia
Foto: flickr
Insomnia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Daripada hanya mempertimbangkan gejala-gejala yang berhubungan dengan tidur, sebuah studi baru dari Belanda mencari tahu ciri-ciri kepribadian atau emosi dan menemukan ada lima jenis insomnia. Dilansir di Live Science, para peneliti mengatakan temuan ini memberikan pemahaman lebih baik tentang penyebab insomnia serta pengembangan perawatan yang lebih personal untuk kondisi tersebut.

Studi ini dilakukan peneliti di Institut Neuroscience Belanda di Amsterdam. temuan mereka dipublikasikan secara online pada 7 Januari dalam jurnal The Lancet Psychiatry.

Insomnia mempengaruhi sekitar 10 persen populasi. Gejala utama meliputi kesulitan tidur. Menurut Institut Kesehatan Nasional, misalnya, orang dengan kondisi ini dapat terbangun dalam waktu lama sebelum dapat tertidur atau mereka mungkin bangun terlalu dini dan tidak dapat tidur kembali.

Tetapi meskipun memiliki gejala yang sama, orang dengan insomnia memiliki respons yang berbeda terhadap pengobatan. Selain itu, para peneliti mengatakan upaya menemukan biomarker untuk kondisi tersebut seperti kesamaan dalam pemindaian otak orang terbukti sia-sia. Ketidakkonsistenan ini menunjukkan ada lebih dari satu jenis insomnia.

Dalam upaya menemukan subtipe insomnia, para peneliti menganalisis informasi lebih dari 4.000 orang yang mengisi survei online tentang kebiasaan tidur dan sifat-sifat lain. Kegiatan tersebut sebagai bagian dari proyek yang disebut Dutch Sleep Registry.

Berdasarkan tanggapan survei mereka, sekitar 2.000 peserta menderita insomnia. Peserta ini mendapat skor tinggi pada survei terkait insomnia, tetapi tidak memiliki diagnosis yang dikonfirmasi.

Untuk mengidentifikasi subtipe, para peneliti melihat gejala yang berhubungan dengan tidur dan mempertimbangkan faktor-faktor lain, termasuk ciri-ciri kepribadian, suasana hati, emosi, dan respons terhadap peristiwa kehidupan yang penuh tekanan. Berikut ini lima jenis insomnia yang mereka alami.

Tipe 1

Orang dengan insomnia tipe 1 cenderung memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Artinya tingkat emosi negatif yang tinggi seperti kecemasan dan kekhawatiran dan tingkat kebahagiaan yang rendah.

Tipe 2

Orang dengan insomnia tipe 2 memiliki tingkat kesusahan yang sedang, tetapi tingkat kebahagiaan dan pengalaman mereka dari emosi yang menyenangkan cenderung relatif normal.

Tipe 3

Orang dengan insomnia tipe 3 juga memiliki tingkat kesulitan sedang, tetapi memiliki tingkat kebahagiaan yang rendah dan pengalaman kesenangan yang berkurang.

Tipe 4

Orang dengan insomnia tipe 4 biasanya memiliki tingkat kesulitan yang rendah, tetapi mereka cenderung mengalami insomnia jangka panjang sebagai respons terhadap peristiwa kehidupan yang penuh tekanan.

Tipe 5

Orang dengan insomnia tipe 5 juga memiliki tingkat kesulitan yang rendah, dan gangguan tidur mereka tidak terpengaruh oleh peristiwa kehidupan yang penuh tekanan.

Subtipe ini konsisten dari waktu ke waktu. Ketika peserta disurvei lagi lima tahun kemudian, sebagian besar dari mereka mempertahankan subtipe yang sama.

Para peneliti juga menemukan orang dengan subtipe insomnia berbeda dalam hal tanggapan mereka terhadap pengobatan dan risiko depresi. Sebagai contoh, orang-orang dengan subtipe 2 dan 4 mengalami pengaruh dalam gejala tidur mereka setelah mengambil benzodiazepine (sejenis obat penenang).

Orang dengan tipe 3 tidak terdapat pengaruh dari jenis obat ini. Selain itu, orang dengan subtipe 2 merespons dengan baik terhadap jenis terapi bicara yang disebut terapi perilaku kognitif, sedangkan orang dengan subtipe 4 tidak. Orang dengan subtipe 1 memiliki risiko depresi seumur hidup terbesar.

Temuan menunjukkan perawatan insomnia tertentu dapat bekerja baik untuk subtipe tertentu. Selain itu, para peneliti mengatakan mengidentifikasi orang dengan insomnia yang berisiko paling besar mengalami depresi dapat mengarah pada cara untuk membantu mencegah depresi pada kelompok ini.

Dalam sebuah editorial yang menyertai penelitian ini, Tsuyoshi Kitajima dari Departemen Psikiatri di Fakultas Kedokteran Universitas Kesehatan Fujita di Jepang mengatakan pekerjaan itu menunjukkan subtipe yang kuat terjadi di antara sekelompok orang yang menderita insomnia.

Namun, Kitajima mengatakan beberapa dokter mungkin memiliki kekhawatiran tentang subtipe ini karena mereka sebagian besar didasarkan pada faktor-faktor yang tidak secara langsung berkaitan dengan tidur. Tetapi, Kitajima mencatat beberapa subtipe yang dideskripsikan dalam studi baru ini memiliki kesamaan dengan kategori insomnia yang diterima sebelumnya (meskipun sekarang telah ditinggalkan). Misalnya, orang dengan subtipe 1 dan 2 cenderung mengembangkan gejala di awal kehidupan, di masa kanak-kanak atau remaja.

Ini mirip dengan gejala yang terlihat pada orang dengan apa yang disebut insomnia idiopatik, kategori tradisional insomnia di mana orang mengembangkan kondisi di awal kehidupan tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi. Namun, insomnia idiopatik tidak lagi terdaftar sebagai jenis insomnia dalam manual diagnostik yang dikenal sebagai Klasifikasi Gangguan Tidur Internasional, Edisi Ketiga.

Kitajima menambahkan itu akan bermanfaat untuk mengonfirmasi temuan pada orang yang benar-benar didiagnosis menderita insomnia. Para penulis penelitian juga mencatat para partisipan mengajukan diri untuk ikut serta dalam studi yang berhubungan dengan tidur dan kelompok ini mungkin tidak selalu mewakili populasi secara keseluruhan. Mungkin juga ada subtipe tambahan yang belum diidentifikasi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement