REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti NASA pada Ahad telah memperingatkan, gunung es besar akan pecah dari Brunt Ice Shelf di Antarktika dan mengapung di laut. Menurut mereka, besar gunung es yang pecah ukurannya bisa mencapai dua kali lipat kota New York, AS.
Akan tetapi, bukan ukuran pecahan gunung es tersebut yang menjadi soal di mata para ilmuan. Kekhawatiran mereka utamanya ialah mengenai kelangsungan penelitian di sana setelah peristiwa itu terjadi.
Seperti yang dilansir di New York Post, Selasa (26/2), para ilmuan telah melakukan penelitian di sana selama 60 tahun terakhir. Retakan telah terpantau terjadi di seluruh lapisan es.
"Belum jelas bagaimana lapisan es yang tersisa akan merespons pecahan itu, namun kejadian ini akan membawa ketidakpastian masa depan untuk infrastruktur ilmiah dan keberadaan manusia di gugusan yang pertama kali terbentuk pada 1955," tulis para ilmuwan.
Salah satu retakan gunung es yang dominan muncul pada Oktober 2016. Retakan itu terus berlanjut ke timur. Namun, para ilmuwan lebih mengkhawatirkan adanya keretakan besar yang mengalir di Brunt Ice Shelf.
NASA mengatakan, keretakan itu sebelumnya stabil selama sekitar 35 tahun. Keretakan tersebut baru-baru ini mulai mengarah ke utara dengan laju empat kilometer per tahun. Para ilmuwan mengatakan, ketika keretakan itu mengarah ke celah lain, diperkirakan 660 mil persegi es akan pecah dari gugusan itu.
Mereka mengatakan, gunung es itu memang tidak ada dalam daftar 20 teratas gunung es terbesar di Antarktika. Akan tetapi, gunung es tersebut kemungkinan merupakan gunung es terbesar yang bisa dilepaskan dari Brunt Ice Shelf sejak pengamatan dimulai pada 1915.
Ilmuwan NASA mengamatinya, untuk melihat apakah kerugian itu akan memicu gugusan untuk berubah lebih lanjut atau kemungkinan menjadi tidak stabil hingga akhirnya pecah.