Senin 24 Jun 2019 22:08 WIB

NASA Kirim Jam Atom ke Luar Angkasa

Jam atom diluncurkan dari roket Falcon SpaceX.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Reiny Dwinanda
logo nasa
Foto: ne.spacegrant.org
logo nasa

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Badan Antariksa dan Ruang Angkasa Amerika Serikat (NASA) mengirim jam atom ke luar angkasa pada Senin (24/6). Jam atom ini 50 kali lebih akurat daripada jam atom di atas satelit GPS dan ketepatannya hanya berubah satu detik setiap 10 tahun.

Jam ini seukuran pemanggang roti. Namun, seperti yang dilansir dari Science Alert, Senin (24/6), jam atom yang disebut Deep Space Atomic Clock ini bisa merevolusi perjalanan ruang angkasa yang dalam.

Tahun depan merupakan waktu sangat penting untuk pengembangan Deep Space Atomic Clock. NASA akan memantau kinerjanya saat mengorbit Bumi pada ketinggian 720 kilometer (447 mil). Benda tersebut akan diluncurkan dari roket Falcon SpaceX milik SpaceX.

Jam atom adalah kunci dari navigasi satelit. Satelit GPS terus-menerus mengirimkan sinyal radio berkecepatan cahaya yang mentrasmisikan lokasi dan waktu mereka meninggalkan satelit.

Penerima di Bumi, misalnya ponsel, mengukur waktu tunda dari setiap satelit, dan mengubahnya menjadi koordinat spasial. Ini juga cara navigasi pesawat ruang angkasa.

Seperti yang mungkin dibayangkan, semakin akurat jam semakin baik data lokasi. Di sinilah jam atom masuk.

Deep Space Atomic Clock didasarkan pada atom merkuri bermuatan listrik yang terkandung dalam perangkap elektromagnetik. Ketika energi sedang meningkat, atom-atom bermuatan ini menghasilkan ‘kutu’ optik.

NASA mengungkapkan Deep Space Atomic Clock hingga 50 kali lebih akurat daripada osilator cesium dan rubidium yang saat ini ada di orbit. Ini sama stabilnya dengan jam atom di darat yang menjadi dasar navigasi mereka.

Ini berarti alih-alih sistem sinyal dua arah yang saat ini digunakan, jam atom luar angkasa dapat digunakan untuk melakukan perhitungan pelacakan tepat di atas pesawat ruang angkasa setelah menerima sinyal di Bumi.

Pelacakan satu arah akan berarti navigasi yang lebih cepat, lebih fleksibel, dengan input minimal dari Bumi. Ini menghasilkan waktu respon yang lebih cepat terhadap peristiwa yang tidak terduga, koreksi kursus yang lebih gesit, pesawat ruang angkasa yang dapat beradaptasi dengan cepat, sehingga dapat dikatakan.

Pada gilirannya, ini akan meringankan beban NASA di Deep Space Network dari teleskop radio yang memungkinkannya untuk mengelola banyak kapal penjelajah ruang angkasa secara bersamaan ketika mereka menjelajah Tata Surya, tanpa perlu ekspansi. Itu bisa mengubah cara manusia mengarungi bintang-bintang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement