REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Perubahan iklim disinyalir dapat mendorong kemerosotan produksi buah pisang di seluruh dunia. Hal itu terungkap dalam hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Climate Change.
Penelitian itu menemukan ada 27 negara yang telah mengalami peningkatan hasil panen sejak 1961 karena kondisi pertumbuhan yang lebih baik. Tetapi jika dampak perubahan iklim terus berlanjut dengan kecepatan seperti sekarang, pertumbuhan pisang bisa hilang sepenuhnya atau berkurang secara signifikan pada 2050.
Studi ini memperkirakan 10 negara akan mengalami pengurangan besar dalam hasil panen, termasuk India yang merupakan penghasil pisang terbesar di dunia. Brasil termasuk dalam daftar yang merupakan produsen pisang terbesar keempat di dunia. Penurunan produksi pisang juga akan dialami oleh Kolombia, Kosta Rika, Guatemala, dan Panama. Empat negara ini adalah eksportir pisang utama.
Seperti yang dilansir Independent, Selasa (3/9), para peneliti membuat prediksi berdasarkan teknik pemodelan yang memungkinkan mereka menilai sensitivitas iklim dari produksi pisang di seluruh dunia. Namun, itu bukan berita buruk karena dalam penelitian ini menemukan beberapa negara, termasuk Ekuador dapat melihat manfaat dalam hasil panen pisang sebagai akibat dari perubahan iklim.
Warga Inggris membeli lebih dari lima miliar pisang setiap tahun. Negara tersebut menyumbang tujuh persen dari pasar ekspor global.
Penulis utama Dr Dan Bebber dari University of Exeter mengatakan penelitian mereka dapat merasang negara-negara yang rentan untuk bersiap melalui investasi dalam teknologi seperti irigasi.
“Sangat penting berinvestasi menyiapkan pertanian tropis untuk perubahan iklim di masa depan,” ujar Bebber.