REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Sejumlah warga Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mencoba membuktikan fenomena kulminasi utama atau yang dikenal dengan sebutan hari tanpa bayangan yang terjadi pada Sabtu (12/10) siang. Berdasarkan pantauan Antara di sekitar Alun-Alun Kota Purwokerto, beberapa orang terlihat memotret benda-benda atau dirinya sendiri.
Putri Hapsari (24), mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto mengaku sengaja mendatangi Alun-Alun Kota Purwokerto untuk membuktikan fenomena hari tanpa bayangan. "Saya sengaja datang ke Alun-Alun Purwokerto untuk membuktikan fenomena hari tanpa bayangan, memang terbukti tidak ada bayangan," katanya.
Sementara itu, Ajeng Puspita Priantana (23) yang juga merupakan mahasiswa S2 Unsoed Purwokerto juga mengatakan dirinya sengaja mendatangi Alun-Alun Kota Purwokerto untuk membuktikan fenomena hari tanpa bayangan. "Ternyata menarik juga bisa menikmati fenomena hari tanpa bayangan," katanya.
Sementara itu, warga Jalan Dokter Angka Purwokerto Yudi Apriyanto (36) mengatakan dirinya juga sengaja mendatangi Alun-Alun Kota Purwokerto untuk membuktikan hari tanpa bayangan. "Ternyata benar seperti apa yang saya baca di medsos mengenai hari tanpa bayangan," katanya.
Kendati demikian, ada juga warga yang mengaku tidak mengetahui mengenai fenomena hari tanpa bayangan. Agus Dwi Santoso (35), warga Pasir Muncang, Purwokerto, mengatakan dirinya tidak mengetahui tentang fenomena hari tanpa bayangan tersebut.
"Saya beberapa hari ini kurang memantau medsos dan portal berita jadi tidak tahu, saya tahunya malah hari tanpa bayangan mantan kekasih," katanya seraya berkelakar.
Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menginformasikan bahwa waktu terjadinya kulminasi utama di Jawa Tengah bervariasi, yaitu mulai tanggal 11 Oktober hingga 13 Oktober 2019.
Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara (BMKG Banjarnegara) Setyoajie Prayoedhie menjelaskan hari tanpa bayangan atau transit atau istiwa' adalah fenomena ketika Matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit.
"Saat deklinasi Matahari sama dengan lintang pengamat, fenomenanya disebut sebagai kulminasi utama. Pada saat itu, Matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenit," katanya.
Akibatnya, kata dia, bayangan benda tegak akan terlihat "menghilang" karena bertumpuk dengan benda itu sendiri.
"Penyebab hari tanpa bayangan terjadi karena bidang ekuator Bumi bidang rotasi Bumi tidak tepat berimpit dengan bidang ekliptika atau bidang revolusi Bumi," katanya.
Dengan demikian, kata dia, posisi Matahari dari Bumi akan terlihat berubah terus sepanjang tahun antara 23,5 derajat Lintang Utara hingga 23,5 derajat Lintang Selatan.
"Untuk wilayah Salatiga, Ungaran, Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan sekitarnya fenomena tersebut dinikmati warga setempat pada 12 Oktober 2019," katanya.