Rabu 23 Oct 2019 03:41 WIB

Mengapa Kita Sering Cepat Lupa?

Sebanyak 70 persen ingatan memudar dalam waktu 24 jam.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Nora Azizah
Ilustrasi otak manusia.
Foto: Indianexpress.com
Ilustrasi otak manusia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otak tentu memiliki peranan penting dalam setiap aspek kegiatan sehari-hari. Daya ingat yang akan informasi yang telah diserap akan membantu setiap orang untuk mencapai tujuan hidup yang utama.

Banyak orang ingin belajar lebih baik, lebih cepat, menyimpan lebih banyak informasi dan menerapkan pengetahuan itu pada waktu yang tepat. Namun pada kenyataannya hal tersebut sulit dilakukan karena relatif mudah bagi seseorang untuk melupakan hal tertentu.

Baca Juga

Mengutip laman The Ladders, Rabu (23/10) ada pola tertentu dalam proses lupa seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa hanya dalam satu jam, jika tidak ada yang dilakukan dengan informasi baru, kebanyakan orang akan melupakan sekitar 50 persen dari apa yang mereka telah pelajari.

Sebanyak 70 persen ingatan akan semakin pudar setelah memasuki waktu 24 jam. Informasi yang disimpan dalam ingatan akan terlupakan seluruhnya atau mencapai 90 persen dalam sepekan jika tidak ada masukan baru terkait permasalahan tertentu yang diterima.

Untuk meningkatkan perolehan pengetahuan dan penyimpanan maka informasi baru harus dikonsolidasikan dan disimpan dengan aman dalam memori jangka panjang. Anda harus secara aktif melakukan sesuatu dengan informasi baru untuk membuatnya selalu bernilai.

Periset teori lupa Elizabeth Bjork menjelaskan, memori jangka panjang dapat dicirikan oleh dua komponen, yakni kekuatan pengambilan dan kekuatan penyimpanan. Kekuatan pengambilan mengukur seberapa besar kemungkinan Anda mengingat sesuatu saat ini, seberapa dekat itu dengan permukaan pikiran Anda. Kekuatan penyimpanan mengukur seberapa dalam memori di-root.

Agar ingatan dapat terus menempel, kita harus melakukan lebih dari sekadar bertujuan membaca buku setiap pekan atau secara pasif mendengarkan buku audio atau podcast. Penelitian menunjukkan bahwa ketika memori pertama kali direkam di otak itu masih rapuh dan mudah dilupakan.

Otak terus-menerus merekam informasi untuk sementara waktu dalam bentuk potongan-potongan percakapan yang didengar dalam perjalanan ke tempat kerja dan lain hal sebagainya. Ini adalah satu-satunya cara untuk memisahkan pengetahuan yang relevan dari kekacauan.

Otak akan membuang segala sesuatu yang tidak muncul lagi di masa mendatang sesegera mungkin untuk memberi jalan bagi informasi baru. Sebabnya informasi lama lebih baik disimpan dalam memori jangka panjang.

Proses ini disebut encoding. Mencetak informasi ke dalam otak. Tanpa pengkodean yang tepat, tidak ada yang dapat disimpan dan berusaha mengambil memori nanti akan gagal. Memproses ulang hal-hal yang Anda baca dan pelajari setiap hari mengirim sinyal besar ke otak Anda untuk mempertahankan pengetahuan itu.

Rizkyan adiyudha

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement