Kamis 24 Oct 2019 15:39 WIB

Peran Stetoskop Terancam Perangkat Medis Baru

Stetoskop telah digunakan di dunia kedokteran selama 200 tahun.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Reiny Dwinanda
Stetoskop dokter.
Foto: Republika/Prayogi
Stetoskop dokter.

REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO - Dua abad setelah penemuannya, stetoskop yang merupakan simbol profesi medis, menghadapi masa depan yang tidak pasti. Stetoskop belakangan telah terancam oleh kehadiran perangkat medis baru.

Perangkat genggam yang juga menempel di dada itu mengandalkan teknologi ultrasound, kecerdasan buatan, dan aplikasi ponsel pintar alih-alih telinga dokter untuk membantu mendeteksi kebocoran, dengung, ritme abnormal, dan masalah lain di jantung, paru, dan di tempat lain. Dilansir AP, Kamis (24/10) disebutkan, beberapa instrumen ini dapat menghasilkan gambar jantung yang berdetak atau membuat grafik elektrokardiogram.

Eric Topol, seorang ahli jantung terkenal di dunia, menganggap stetoskop sudah usang, tidak lebih dari sepasang tabung karet.

"Stetoskop oke selama 200 tahun, tetapi kita harus melampaui itu. Kita bisa melakukan lebih baik," kata Topol.

Dalam tradisi yang sudah berlangsung lama, hampir setiap sekolah kedokteran AS menghadirkan siswa dengan jas putih dan stetoskop untuk memulai karier mereka. Ini lebih dari sekedar keterampilan simbolis, simbol yang masih diajarkan, dan kemahiran yang diperlukan bagi dokter untuk mendapatkan lisensi mereka.

Namun, selama dekade terakhir, industri teknologi telah merampingkan pemindai ultrasonik menjadi perangkat yang menyerupai remote TV. Kemajuan teknologi juga telah menciptakan stetoskop digital yang dapat dipasangkan dengan ponsel cerdas untuk membuat gambar bergerak dan memberikan pembacaan.

Para pendukung mengatakan penggunaan perangkat ini hampir semudah stetoskop dan memungkinkan dokter untuk menonton bagian tubuh bergerak dan benar-benar melihat hal-hal, seperti katup bocor.

"Tidak ada alasan untuk mendengarkan suara saja ketika Anda bisa melihat semuanya," kata Topol.

Perangkat pengganti stetoskop, yakni Butterfly iQ diproduksi oleh Guilford, Butterfly Network Inc yang berbasis di Connecticut, AS. Peranti itu mulai beredar di pasaran tahun lalu.

Pembaruan akan mencakup kecerdasan buatan untuk membantu pengguna memosisikan pemeriksaan dan menafsirkan gambar. Northwestern Medicine terlibat dalam pengujian teknologi baru yang diciptakan oleh Eko, pembuat stetoskop pintar yang berbasis di California.

Untuk meningkatkan deteksi dengung jantung, Eko sedang mengembangkan algoritma kecerdasan buatan untuk perangkatnya dengan menggunakan rekaman ribuan detak jantung. Perangkat tersebut menghasilkan pesan layar yang memberi tahu dokter apakah suara jantung normal atau ada dengung.

Dokter anak Chicago, Dave Drelicharz, telah berpraktik selama lebih dari satu dekade dan mengetahui daya pikat perangkat yang lebih baru itu. Akan tetapi, ia belum akan mengadopsinya dalam waktu dekat.

"Tetapi sampai harganya turun, alat lama masih merupakan alat terbaik Anda. Setelah Anda belajar menggunakan stetoskop, itu menjadi kebiasaan," kata Drelicharz.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement