REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia akan mengalami gerhana bulan penumbra pada Sabtu (11/1). Namun, pengamatannya perlu menggunakan alat bantu untuk lebih dapat melihat perubahan yang terjadi
"Gerhana bulan penumbra berbeda dengan gerhana bulan total. Gerhana bulan penumbra berarti bulan hanya melewati daerah bayangan penumbrabumi. Bayangan penumbra itu samar," kata Astronom Ronny Syamara, Kamis (9/1).
Gerhana ini berbeda dengan gerhana bulan total yang melewati bayangan umbra bumi atau bayangan inti yang merupakan bagian sangat gelap. Gerhana bulan penumbra akan berada di bagian penumbra yang bayangannya lebih terang.
Hal itu, katanya, menyebabkan gerhana bulan penumbra yang terjadi tidak akan terlalu terlihat perbedaannya jika dilihat secara kasat mata. Sebab, cahaya bulan masih akan terasa meski lebih samar dari biasanya.
Ia menjelaskan, efek yang berbeda akan terasa bila terjadi gerhana bulan total dengan manusia bisa melihat fase bulan yang sebelumnya purnama atau penuh. Tetapi ketika masuk dalam bayangan umbra Bumi, ujar astronom Planetarium Jakarta itu, maka akan melihat piringan bulan menggelap.
"Gerhana bulan penumbra itu tidak akan terlihat dengan kasat mata. Kalau dengan detektor bisa terlihat, atau menggunakan kamera yang dibantu lensa tele. Lalu kita bandingkan dengan purnama sebelum gerhana penumbra maka bisa terlihat perbedaannya," kata Ronny.
Gerhana bulan adalah peristiwa ketika terhalanginya cahaya matahari oleh bulan sehingga cahayanya tidak sampai ke bumi. Fenomena ini terjadi setiap fase bulan baru.
Gerhana bulan penumbra sendiri akan terjadi sebanyak enam kali selama sepanjang 2020. Selain itu, menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) masyarakat Indonesia juga akan melihat 13 gerhana matahari sepanjang 2020-2100.