Kamis 23 Jan 2020 19:57 WIB

Temuan DNA Buktikan Keberagaman Suku di Afrika Kuno

Afrika memiliki keberagaman kelompok sebelum etnis Bantu mulai menggembala di Afrika.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Suku berber penghuni gurun pasir di Afrika Utara.
Foto: wikipedia
Suku berber penghuni gurun pasir di Afrika Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, AFRIKA -- Baru-baru ini, ilmuwan mengungkapkan keberagaman yang ada di Afrika Kuno. Hal ini terungkap dalam analisis DNA yang ditemukan di Afrika Kuno.

Banyak peneliti mengatakan  Afrika Tengah terlalu panas dan lembab untuk tempat DNA purba bertahan hidup. Namun, saat ini ada tulang empat anak purba yang terkubur ribuan tahun yang lalu di tempat penampungan batu di padang rumput Kamerun.

Baca Juga

Dalam publikasi di jurnal Nature, ilmuwan melaporkan tulang-tulang tersebut menghasilkan DNA yang cukup untuk dianalisis para ilmuwan.  Tim melaporkan, ini merupakan DNA purba pertama dari manusia di wilayah ini.

Daerah tersebut merupakan tanah air etnis Bantu, kelompok mayoritas di Afrika Barat dan Tengah. Anak-anak tersebut  memiliki hubungan paling dekat dengan kaum pemburu-pengumpul, seperti Baka dan Aka.

"Dalam tempat tanah air bahasa Bantu, orang-orang ini pada dasarnya dalah pemburu-pengumpul kerdil," kata seorang ahli genetika populasi di Pasteur Institute dan CNRS, Lluis Quintana-Murci, seperti yang dilansir dari Science Mag, Kamis (23/1). Ia bukan bagian dari studi baru.

Quintana-Murci dan yang lainnya telah lama menduga kelompok-kelompok ini memiliki jangkauan yang lebih besar sebelum populasi Bantu meledak 3.000 tahun yang lalu. Kejutan lainnya datang ketika tim membandingkan DNA anak-anak dengan data genetik lainnya dari Afrika, serta menemukan petunjuk Baka, Aka dan pemburu-pengumpul Afrika lainnya. Mereka termasuk dalam salah satu garis keturunan paling kuno dari manusia modern 250 ribu tahun yang lalu.

Dalam studi baru, ahli genetika dan arkeolog mengambil sampel dari tulang telinga bagian dalam yang kaya DNA dari empat anak itu. Para peneliti mampu mengurutkan genom lengkap berkualitas tinggi dari dua anak dan genom parsial dari dua anak lainnya.

Membandingkan urutan dengan orang-orang Afrika yang hidup, mereka menemukan bahwa keempat anak itu adalah sepupu jauh dan telah mewarisi sekitar sepertiga DNA mereka dari leluhur yang paling terkait dengan kaum pemburu-pengumpul di Afrika Tengah bagian barat.

"Dua pertiga DNA anak-anak lain berasal dari sumber basal kuno di Afrika Barat, termasuk beberapa dari  populasi manusia modern yang telah lama hilang dan belum diketahui sebelumnya," kata David Reich dari Universitas Harvard, juga pemimpin penelitian.

Penemuan ini menggaris bawahi keanekaragaman kelompok Afrika yang mendiami benua, sebelum Bantu mulai menggembala ternak di dataran tinggi berumput Afrika Tengah bagian barat. Bantus membuat tembikar dan menempa besi dan mereka  berkembang dengan cepat menggantikan kaum pemburu-pengumpul di Afrika.

"Menganalisis DNA dari waktu sebelum ekspansi ini menawarkan sekilas pemandangan manusia yang sangat berbeda  dari hari ini," kata Reich.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement