REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) merilis laporan terkait kondisi terbaru Antartika. Salah satu pulau di sana, Pulau Elang, ternyata kehilangan selimut saljunya sebanyak 20 persen usai diterpa gelombang panas bulan ini.
"Gelombang panas menyebabkan pencairan meluas di gletser terdekat," kata NASA dalam laporannya, Ahad (23/2).
Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) PBB mencatat, peristiwa melelehnya salju di Antartika ini adalah peristiwa ketiga dalam periode 2019-2020. Hal serupa terjadi pada Januari dan November 2019.
Pada (6/2) lalu Antartika mencatatkan suhu tertingginya akibat pemanasan global.
Tercatat, suhu yang mencapai 64,9 derajat Fahrenheit, atau 18,2 derajat Celcius itu, memecahkan rekor sebelumnya 63,5 derajat Fahrenheit,yang ditetapkan pada 24 Maret 2015.
"Kehangatan terus menerus bukanlah sesuatu yang khas di Antartika hingga abad ke-21. Tapi, hal itu telah menjadi lumrah dalam beberapa tahun terakhir," tulis NASA dalam laporannya.
Akibat gelombang panas Februari ini, sebagaimana dilaporkan NASA, salju di pulau Elang hilang setebal 4 inci dalam 10 hari. "Sekitar 20 persen dari akumulasi salju musiman di wilayah itu melebur kali ini di Pulau Elang."
"Saya belum pernah melihat pelelehan secepat ini di Antartika. Anda melihat pencairan seperti ini terjadi di Alaska dan Greenland, tetapi tidak biasanya di Antartika," kata Mauri Pelto, ahli glasiologi di Nichols College, yang mengamati peristiwa pemanasan ini.
"Jika Anda berpikir bahwa kejadian seperti ini hanya berlangsung saat Februari, itu tidak penting. Lebih penting bahwa kejadian seperti ini akan datang lebih sering ke depannya," kata Pelto.