Rabu 16 Feb 2022 10:32 WIB

DNA Gading Gajah Bongkar Rantai Perburuan

Pengujian DNA ungkap ikatan keluarga di antara gajah Afrika yang diambil gadingnya

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Gajah Afrika.
Foto: EPA
Gajah Afrika.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pengujian DNA pada pengiriman gading yang disita mengungkapkan rantai perburuan. Hasil tersebut berhasil mengungkap ikatan keluarga di antara gajah Afrika yang dibunuh untuk diambil gadingnya.

Para peneliti mengatakan melakukan tes DNA pada 4.320 gading gajah dari 49 penyitaan gading, dengan total 111 ton di 12 negara Afrika dari 2002 hingga 2019. Hasilnya dapat membantu memecahkan organisasi kriminal transnasional di balik perdagangan dan memperkuat penuntutan.

"Menggabungkan hasil ini dengan bukti yang dikumpulkan dari kolaborator penegakan hukum kami memungkinkan kami untuk secara kolaboratif menghubungkan titik-titik di seluruh jaringan kriminal besar-besaran," kata ahli biologi  University of Washington dan penulis utama studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Human Behaviour Samuel Wasser.

Kebanyakan gading diekspor dalam pengiriman besar, masing-masing hingga 10 ton. Gading tersebut dikirim sebagai kargo laut dan disembunyikan di antara ekspor legal yang melintasi lautan dengan kapal kontainer.

Tes DNA mencocokkan dua gading dari gajah yang sama atau lebih dari kerabat dekat yang ditemukan dalam wadah terpisah untuk pengiriman di pelabuhan yang sama. Wasser mengatakan jumlah terbesar gading sekarang diselundupkan keluar dari Uganda melalui pelabuhan Mombasa, dengan pelabuhan di Kenya dan Nigeria juga sering digunakan. Wasser mencatat bahwa port yang digunakan oleh penyelundup telah berubah dari waktu ke waktu.

Penelitian sebelumnya oleh Wasser dan rekannya berhasil mengidentifikasi gading dari individu gajah yang sama yang telah dipisahkan dan diselundupkan oleh pedagang dalam pengiriman yang berbeda. Penelitian baru memperluas ruang lingkup pengujian untuk juga mengidentifikasi gading gajah yang berkerabat dekat, termasuk orang tua, keturunan, saudara kandung, dan saudara tiri.

Para peneliti menggunakan DNA dari kotoran gajah yang dikumpulkan di seluruh Afrika untuk menyusun peta referensi genetik dari berbagai populasi. Pengujian baru memungkinkan untuk mengidentifikasi lokasi geografis wilayah gajah diburu dan menghubungkan pengiriman yang disita ke organisasi kriminal transnasional (TCO) yang sama.

"Kami menemukan bahwa sejumlah kecil TCO bertanggung jawab untuk mengekspor sebagian besar pengiriman gading besar," kata Wasser.

Menurut Wasser, sedikitnya tiga dan mungkin kurang dari enam organisasi semacam itu dan dengan pemburu liar berulang kali kembali ke populasi gajah yang sama. Perdagangan terus berlanjut meskipun larangan perdagangan gading di seluruh dunia disetujui pada 1989, dengan permintaan terkuat di Asia.

Hingga 2016, gading berasal dari gajah terutama dari utara Mozambik utara melalui Tanzania hingga selatan Kenya. Sekitar 2016, ada peningkatan signifikan dalam perburuan gading dari Kawasan Konservasi Lintas Batas Kavango-Zambezi yang mencakup Botswana utara, Namibia timur laut, Zambia selatan, dan Angola tenggara.

Daerah ini adalah rumah bagi 230.000 dari 400.000 gajah Afrika yang tersisa. Populasi itu mencakup dua spesies terpisah, gajah sabana dan gajah hutan. Penelitian itu tidak melibatkan spesies gajah ketiga di dunia, gajah Asia.

"Kami kehilangan sebanyak 50.000 gajah Afrika per tahun," kata direktur eksekutif dari Pusat Ilmu Forensik Lingkungan University of Washington itu.

Penyelidik kriminal dan rekan penulis studi Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat John Brown mengatakan, analisis forensik DNA telah menyediakan peta jalan untuk investigasi kolaboratif multinasional. "Ini membantu kami terlibat dengan rekan-rekan penegak hukum internasional kami dengan mengingatkan mereka tentang hubungan antara penyitaan individu," kata Brown.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement