REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki potensi tinggi terjadi gempa bumi memerlukan persiapan dan penanganan bila kejadian alam itu terjadi. Saat ini Indonesia telah memiliki peta bahaya gempa baru yang disusun oleh tim revisi peta gempa Indonesia dengan menggunakan pendekatan probabilitas di batuan dasar.
Hal tersebut disampaikan Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto, dalam paparan hasil kerja tim yang berlangsung di ruang rapat gedung Annex Bina Graha Jakarta, Jumat siang. "Hasil peta ini akan diakomodasi dalam revisi SNI 03-1726-2002," kata Djoko Kirmanto. Peta ini digunakan untuk memperkirakan besarnya beban gempa guna perencanaan infrastruktur tahan gempa.
Setelah menjadi standar nasional, diharapkan semua infrastruktur yang akan dibangun dan di masa mendatang, termasuk bendaungan, mengacu pada peta tersebut sehingga mampu menahan gaya gempa yang mungkin terjadi. Dengan demikian infrastruktur lebih aman serta korban jiwa dan kerugian materiil bisa diminimalkan. Peta gempa juga bisa digunakan untuk mendidik masyarakat memahami gaya gempa yang dihadapi.
Sementara itu ketua tim, Masyhur Irsyam, mengatakan walaupun peta gempa dikembangkan berdasarkan data dan metodologi terkini, namun ke depan masih perlu disempurnakan terus-menerus karena masih banyak penelitian yang perlu dilakukan. "Perlu studi baru untuk mengurangi potensi bahaya gempa yang lebih besar mengingat peristiwa Aceh memiliki kekuatan lebih besar dari yang diperhitungkan semula," kata guru besar dari Institut Teknologi Bandung itu.
Indonesia pada 2002 telah memiliki standar bangunan dan infrastruktur tahan gempa disebut SNI 03-1726-2002.
Peta baru ini memperbaiki beberapa hal dari peta gempa yang lama yang digunakan dalam SNI 2002 karena menggunakan prosedur baru dalam membuat analisis probabilitas bahaya seismik yang digunakan oleh United States Geological Survey (USGS) atau Survei Geologi Amerika Serikat.
Peta analisis probabilitas bahaya seismil merupakan peta tentang nilai percepatan tanah maksimum di batuan dasar sebagai potensi bahaya getaran gempa di suatu wilayah yang diakibatkan oleh sumber-sumber gempa di sekitarnya. Dengan menghitung potensi percepatan tanah di batuan dasar, data dalam peta diharapkan bisa bermanfaat untuk keperluan perancangan bangunan tahan gempa, jembatan dan perencanaan wilayah.
Mereka yang terlibat dalam tim revisi gempa ialah Prof Masyhur Irsyam dari ITB, Dr. I Wayan Sengara dari ITB, Fahmi Aldiamar,ST,MT dari Departemen PU, Ir. M.Ridwan Dpl,E.Eng dari Departemen PU, Ir.Engkon K Kertapati dari Badan Geologi, Danny H Natawidjaja dari LIPI, Prof.Sri Widiyantoro (ITB), Wahyu Triyoso,PhD dari ITB, Drs. Suhardjono dari BMKG, Dr. Irwan Meilano dari ITB dan Ir.M Asrurifak MT dari ITB.