REPUBLIKA.CO.ID, BOMBAY--Kalau anda menyebar kabar buruk, pasti merasakan dampaknya. Itulah yang terjadi dengan pakar komputer India, Hari Prasad. Akhir pekan silam ia ditahan karena melakukan penelitian tentang resiko keamanan pada mesin penghitung suara elektronik di India. Saat ini pun ia masih ditahan polisi di Bombay.
Awal tahun ini Hari Prasad bersama dua pakar internet lain, yakni pakar Belanda Rop Gonggrijp dan J Alex Halderman dari Amerika, menulis tesis penelitian yang memperlihatkan beberapa kecacatan serius pada mesin penghitung suara elektronik India. Pihak berwenang tidak menyambut baik penemuan mereka.
Kepada Radio Nederland Wereldomroep, Gonggrijp berkata, Komisi Pemilu India mengklaim mesin penghitung suara mereka aman, terpercaya dan pada dasarnya sempurna. Kendati laporan ketidakberesan itu, Komisi selalu melarang peneliti keamanan membuat penilaian independen.
Kecacatan keamanan
Awal 2010, seseorang mendatangi Prasad dan membawa mesin penghitung suara untuk diselidiki. Pakar India itu mendapat bantuan dari Gonggrijp dan Profesor Halderman. Bertiga mereka melakukan serangkaian uji, memperlihatkan sejumlah kecacatan serius. Kendati ditekan pemerintah, Prasad menolak mengungkapkan siapa pemberi mesin. Kini ia ditahan atas tuduhan pencurian.
Setelah penangkapannya, Prasad menghubungi Profesor Halderman lewat telpon genggamnya dan mengatakan, "Polisi ditekan dari atas. Jadi tampaknya tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka tidak punya pilihan lain kecuali menahan saya."
Kritik
Rop Gonggrijp yakin penahanan Prasad tidak lebih dari upaya mendiskreditkan penemuan mereka tentang keamanan mesin penghitung suara elektronik India. Laporan yang disusun bersama Prasad dan Profesor Halderman, dituduh suatu penghinaan serius terhadap pemerintah dan telah menimbulkan kritik pelbagai macam pihak. "Sekarang dilakukan kampanye untuk menyingkirkan mesin-mesin itu", cerita Rop Gonggrijp.
Penelitian Gonggrijp meyakinkan pemerintah Belanda untuk meninggalkan pemakaian mesin penghitung suara elektronik. Sewaktu pemilu beberapa bulan silam, Belanda kembali memakai surat suara. Kekhawatiran India soal isu keamanan juga dialami Belanda.
Inti permasalahannya, orang tak bisa menyaksikan proses penghitungan suara tanpa melanggar kerahasiaan pilihan si pemilih. Dengan memakai mesin penghitung elektronik, ujar Gonggrijp, orang harus percaya sepenuhnya pada peranti lunak yang bisa dimanipulasi dengan pelbagai cara oleh mereka yang bermaksud jahat.