REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Angkasa tiada batas. Allah SWT dalam firmannya mengatakan dalam surat Adz-Dzariyat ayat 47, "Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." Perkataan Sang Pencipta benar adanya. Sudah miliaran benda luar angkasa berhasil teridentifikasi. Ungkapan Alquran juga memunculkan harapan manusia untuk mencari planet lain yang sedianya bisa ditempati.
Dunia Barat telah lama mengendus kemungkinan adanya planet lain yang memiliki syarat kehidupan di luar sistem tata surya matahari atau eksoplanet. Harapan itu kian terbuka setelah peneliti Barat menemukan sejumlah catatan penting tentang keberadaan planet yang menyerupai bumi. Tercatat tahun 1995, planet pertama yang menyerupai bumi berhasil teridentifikasi. Sayangnya, kebanyakan dari planet-planet yang ditemukan terlalu besar atau terlalu kecil, atau terlalu panas dan terlalu dingin.
Selama ini, peneliti menggunakan tiga patokan untuk merekomendasikan planet tersebut mirip dengan bumi. Patokan pertama, peneliti memperhitungkan garis edar planet tersebut dengan pusat tata surya.
Garis edar tersebut memungkinkan peneliti mengetahui berat massa planet dan eksistensi planet tersebut. Patokan kedua, peneliti memperhitungkan posisi planet ketika berada di titik terdekat dengan matahari. Patokan ini yang akan menentukan apakah planet tersebut terbilang panas atau dingin. Patokan terakhir, peneliti menganalisis bagaimana cahaya dari satu bintang dibelokan karena perjalanan sekitar planet yang mengorbit bintang lain yang lebih dekat ke bumi.
Astronom Barat sempat pula menemukan planet yang teridentifikasi berada di kawasan sabuk Goldilocks. Planet berkode Gliese 58Ig menurut analisis peneliti nyaris mirip dengan bumi. Suhu udara di planet itu tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Peneliti juga menemukan adanya kandungan air di planet tersebut. Sayangnya, eksistensi keberadaan planet itu dipertanyaakan astronom lain.
Belum lagi nada pesimistis peneliti lainnya yang mempertanyakan jarak tempuh yang harus dilalui manusia guna mencapai planet tersebut. Keraguan itu memang logis mengingat jarak yang harus ditempuh manusia di bumi menuju planet yang dituju berkisar jutaan tahun cahaya. Dengan dasar seperti itu, apakah manusia mampu bertahan hidup dengan jarak yang super jauh itu.