REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana pembangunan bandar antariksa (spaceport) oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) akan bekerja sama dengan Korea Selatan. "Korea Selatan bangun infrastrukturnya," kata Kepala LAPAN, Bambang Teja, kemarin.
Bambang mengatakan meskipun Korea Selatan sudah memiliki bandar antariksa namun posisinya tidak berada di garis khatulistiwa (equator). "Mereka (Korea Selatan) berminat mau bantu bangun karena posisinya dekat dengan equator," ujar Bambang.
Bambang menjelaskan, pascapembangunan bandar antariksa bekerjasama dengan Korea Selatan, nantinya Korea Selatan dapat menggunakan fasilitas bandar antariksa di Indonesia.
"Hak pengelolaan bandar antariksa tetap ada pada Indonesia dalam hal ini adalah LAPAN. Korea Selatan meletakan peralatannya di bandar antariksa kita," jelas Bambang.
Bambang menuturkan pembangunan bandar antariksa adalah untuk meluncurkan Roket Pengorbit Satelit (RPS) dan satelit. "Untuk meluncurkan RPS dan satelit sendiri, Indonesia memerlukan bandar antariksa yang profesional," kata Bambang.
Selain untuk meluncurkan RPS dan satelit, bandar antariksa yang dibangun dengan estimasi biaya awal Rp 20 miliar tersebut akan dimanfaatkan sebagai lokasi uji terbang pesawat Unmanned Aerial Vehicle (UAV). "Jadi, tidak perlu sampai ke luar negeri untuk meluncurkan satelit. Target 2025 LAPAN bisa meluncurkan satelit sendiri," ujarnya.