Ahad 09 Jun 2013 00:41 WIB

Mata Bionik Diharap Bantu Ribuan Tunanetra

Monash University mengenmbangkan mata bionik pertama di dunia yang diharap bakal membantu ribuan tunanetra untuk bisa melihat.
Foto: 123seminarsonly.com
Monash University mengenmbangkan mata bionik pertama di dunia yang diharap bakal membantu ribuan tunanetra untuk bisa melihat.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Sekelompok ilmuwan dan perancang industri Autralia menerbitkan perkembangan mutakhir mata bionik pertama mereka di dunia, alat yang bisa membantu ribuan orang yang dalam kegelapan melihat bentuk dan cahaya lagi, demikian laporan media setempat, Sabtu.

Penerima mata bionik itu diharapkan bisa melihat bagan dasar yang terdiri atas cahaya melalui sepasang kacamata yang berbentuk seperti "Google Glass".

Mata bionik tersebut mengambil gambar dan keterangan dari kamera digital yang dilekatkan padanya dan memproses semua itu menjadi sinyal, yang akan dikirim nir-kabel ke satu mikrocip yang dipasangkan di otak penerima.

Gagasan dasar mata bionik ialah memintasi mata yang rusak dengan mengirim sinyal pandangan langsung ke otak melalui hubungan nir-kabel.

Mark Amstrong, pemimpin Monash University Bionic Eye Industrial Design Team, mengatakan kepada media setempat dengan pelaksanaan klinik dimulai tahun depan, mata bionik diharapkan memberi pandangan kepada mereka yang benar-benar kehilangan daya pandang mereka.

"Sinyal disalurkan nir-kabel dari apa yang disebut koil, yang dipasang di belakang kepala dan di dalam otak ada cangkokan yang terdiri atas serangkaian alas keramik dan pada masing-masing alas keramik terdapat elektroda mikroskopik yang sesungguhnya dilekatkan di dalam jaringan visual otak," kata Armstrong.

"Ini adalah cangkok kortikal pertama di dalam tubuh manusia dengan hubungan nir-kabel," kata Profesor Arthur Lowry, pemimpin proyek itu dari Monash Vision Group, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau di Jakarta, Sabtu (8/6) malam.

"Sedikit informasi buat seseorang yang tak memiliki daya pandang sama sekali sangat bermanfaat," katanya.

Dengan teknologi baru itu, orang yang mengalami kebutaan tak perlu lagi memiliki lubang permanen untuk menarus kabel bagi hubungan prosesor di kepala, ia menambahkan.

Menurut para perancang dan peneliti, mata bionik tersebut diperkirakan berpotensi membantu lebih dari 85 persen orang buta.

Tantangan yang dihadapi perancang industri ialah memastikan bahwa kacamata itu sangat ringan, mudah disesuaikan dengan berbagai ukuran kepala dan membuat orang yang menggunakan alat tersebut menjadi merasa nyaman.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement