REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penyuntikan gas dalam jumlah banyak, terutama karbon dioksida (CO2), ke bawah permukaan tanah di ladang minyak Texas diduga berkaitan dengan serangkaian gempa bumi kecil, kata beberapa peneliti AS dan Cina.
Penyuntikan CO2 ke dalam susunan batu jauh di bawah permukaan tanah berkaitan dengan proses penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS). Teknik ini diusulkan untuk mengurangi buangan gas rumah kaca dengan menangkap CO2 dan menyuntikkannya jauh ke dalam tanah bagi penyimpanan jangka panjang.
Studi itu, yang dilakukan oleh Gan Wei dari China University of Geoscience dan Cliff Frohlich dari University of Texas di Austin, dipusatkan pada satu daerah di tiga ladang minyak dan gas besar di Texas Barat-laut. Di sana ada Ladang Cogdell, Ladang Salt Creek, dan Unit Scurry Area Canyon Reef Operators Committee (SACROC), yang semuanya memproduksi bensin sejak 1950-an.
Semua operator mulai menyuntikkan karbon dioksida di ladang SACROC pada 1971 untuk mendongkrak produksi bensin, proses yang dikenal sebagai "carbon dioxide enhanced oil recovery (CO2 EOR)". Para operator memulai CO2 EOR di Ladang Cogdell pada 2001, dan menghasilkan peningkatan mencolok mulai 2004.
"Studi kami memperlihatkan untuk pertama kali penyuntikan gas bawah tanah mungkin menyebabkan gempa bumi yang lebih kuat daripada 3,0 pada Skala Richter," kata Gan kepada Xinhua yang dikutip Rabu (6/11). "Tapi ada ladang lain di dekatnya yang telah mengalami kebanjiran CO2 serupa tanpa memicu gempa. Jadi studi lebih lanjut diperlukan untuk lebih memahami perbedaan reaksi pada ladang minyak itu," kata Gan.
Temuan tersebut disiarkan di jurnal AS Proceedings of the National Academy of Science. Di dalam satu dokumen studi tahu lalu di jurnal yang sama, peneliti Stanford University Mark Zoback dan Steven Gorelick berpendapat ada kemungkinan kuat bahwa gempa bumi akan dipicu oleh penyuntikan banyak volume CO2 selama CCS.
"Ladang bereaksi secara berbeda terhadap penyuntikan CO2 dan tak ada penyuntikan gas lain di berbagai lokasi di dunia. Kendati ada keprihatinan Zoback dan Gorelick, mungkin saja di banyak lokasi penyuntikan CO2 dalam jumlah banyak bisa tidak memicu gempa," kata Frohlich di dalam satu pernyataan.
Para peneliti tersebut mengajukan satu penjelasan yang mungkin bagi reaksi berbeda terhadap penyuntikan gas di tiga ladang itu ialah ada lempengan geologi di Daerah Cogdell yang siap bergerak ketika tekanan dari banyak gas mengurangi gesekan lempengan itu. Dua ladang lain mungkin tak memiliki kondisi semacam itu.
Penelitian sebelumnya oleh Froflich dan ilmuwan lain telah memperlihatkan penyuntikan cairan ke bawah tanah dapat memicu gempa.