REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Penciptaan teknologi yang didasari ilmu pengetahuan maupun pengalaman empirik sehari-hari harus mampu memberdayakan komunitas. Tanpa manfaat memberdayakan komunitas atau masyarakat penggunanya, maka kreativitas teknologi hanya akan berujung pada kepuasan individual penemunya.
“Tujuan teknologi sebenarnya adalah empowering community karena teknologi diciptakan untuk memudahkan hidup manusia,” kata Ketua Institute for Democratization of Science and Technology The Habibie Center Ilham Akbar Habibie di Yogyakarta, akhir pekan lalu.
Menurut Ilham, teknologi sesungguhnya tumbuh di tengah-tengah masyarakat. Produk teknologi tidak selalu berwujud formulasi dari ilmu pengetahuan modern dan mutakhir. “Teknologi bisa tumbuh dari akar rumput berupa sebuah cara atau budaya baru masyarakat untuk membuat hidup mereka lebih mudah,” ujar Ilham.
Dia melanjutkan, teknologi berkembang dari alat-alat yang sudah ada di masyarakat kemudian mendapatkan sentuhan kreatif dari seseorang. Tujuan pengembangan teknologi tak lain agar manusia bisa mendapatkan alat yang lebih murah dan lebih andal. Pada akhirnya, teknologi terbaru menunggu sentuhan kreatif seseorang lainnya untuk terus berkembang secara berkesinambungan. Makin banyak teknologi yang diciptakan, maka makin mudahlah kehidupan seseorang.
Ilham mencontohkan, sebelum ada teknologi mesin cetak tiga dimensi (printer 3D), teknologi pencetakan bermula dari sebuah desain atau gambar sederhana di atas kertas. Gambar itu kemudian mendapatkan sentuhan kreativitas yang bermuara pada terciptanya alat cetak. Alat cetak itu kemudian mendapatkan sentuhan kreativitas lagi yang akhirnya menciptakan mesin cetak digital. “Proses sinergi antara seni, budaya, dan teknologi inilah yang akhirnya memberdayakan komunitas,” kata Ilham.
Dengan semangat melanjutkan kesinambungan ide untuk menciptakan teknologi baru inilah, kata Ilham, The Habibie Center bersama dengan lembaga lainnya menggelar acara Proto:Type Y2014 Yogyakarta Meeting for Open Culture and Critical Making di Yogyakarta pada 12 Juni-14 Juni 2014. Menurut Habibie, forum Proto:Type Y2014 adalah forum pertama di dunia yang memberi kesempatan kepada masyarakat terbuka untuk menyajikan penemuan-penemuan mereka di berbagai bidang.
“Proto:Type Y2014 ini langkah awal untuk mengadakan forum-forum serupa di kota lain. Rencananya, forum critical making ini juga akan digelar di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Bali,” ujar Ilham yang juga Ketua Tim Pelaksana Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Dewan TIK Nasional).
Pendiri rOg Agency Stephen Kovats menambahkan, forum terbuka seperti Proto:Type Y2014 bisa memancing kreativitas dan inovasi masyarakat yang saat ini sudah berada di era serba terbuka dan tanpa batas. Era digital tanpa batas, kata Kovats, sesungguhnya merupakan peluang mendobrak kesenjangan teknologi pada komunitas di berbagai dunia.
Dia mencontohkan, melalui opensource, seseorang di negara miskin atau di negara berkembang bisa mengadopsi dengan cepat teknologi yang sudah dimiliki negara-negara maju. Bahkan, komunitas yang hidup dengan teknologi yang relatif tertinggal bisa lebih maju apabila mampu memanfaatkan kreativitas dan inovasinya. “Makin baik komunitas memanfaatkan era opensource dan opensociety ini, maka kualitas kehidupan mereka dipastikan akan lebih baik,” kata Kovats.