REPUBLIKA.CO.ID, INGGRIS -- Ilmuwan dari perusahaan keamanan, pertahanan, dan kerdigantaraan asal Inggris BAE Systems mengembangkan sebuah 'kulit elektronik' yang memungkinkan pesawat 'merasakan' perubahan lingkungan yang ekstrem. Teknologi berbasis sensor ini diharap bisa membantu mendiagnosa potensi masalah pada pesawat akibat perubahan cuaca dan mencegah terjadinya kecelakaan.
"Gagasannya adalah untuk membuat antarmuka 'perasa' menggunakan kulit terdiri dari sensor-sensor yang bekerja layaknya kulit pada manusia atau hewan," ujar ilmuwan sekaligus peneliti senior yang menggagas projek tersebut, Lydia Hyde seperti dikutip Mashable, Sabtu (23/8).
Hyde mengaku ide untuk membuat kulit elektronik itu terinspirasi dari mesin cuci miliknya. Saat mencuci pakaian, ia menyadari bahwa pengering di mesin cuci miliknya memiliki sensor yang mampu mendeteksi panas berlebih. Ia berpikir teknologi itu semestinya bisa diterapkan pada pesawat untuk mengantisipasi kondisi cuaca ekstrem.
'Kulit' yang dirancangnya terdiri dari sensor-sensor kecil yang dengan cepat bisa mendeteksi perubahan kondisi seperti temperatur dan kecepatan angin. Tujuannya, untuk memonitor perubahan tersebut dan melakukan antisipasi cepat. Soal ukuran, sensor-sensor yang dikembangkannya memiliki ukuran lebih kecil dari 1 milimeter persegi dan kemungkinan bisa diterapkan dengan mudah, misalnya disemprotkan ke badan pesawat layaknya cat pelapis.
Hyde memiliki visi kalau sensor ini nantinya bisa memangkas waktu pemeriksaan rutin yang biasanya membutuhkan waktu lama dan memastikan pesawat lebih aman. Kulit canggih ini masih dalam tahap pengembangan dan belum ada keterangan maskapai mana yang sudah atau bakal menerapkannya.