REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--XL Axiata makin serius saja menggelutu bisnis mobile advertising. Operator yang memiliki sekitar 40 juta pelanggan ini tengah melakukan profiling pelanggan.
''Melalui profiling pelanggan, diharapkan bisa diketahui dengan tepat apa preferensi pelanggan,'' kata kata Senior Vice President Branding & Communication XL Axiata Tommy Wattimena. Dengan mengetahui preferensi pelanggan mudah diprediksi pula informasi dan up date seperti apa yang dilakukan pelanggan.
Profiling pelanggan dilakukan bersamaan dengan pengembangan layanan XL Xtra. XL Xtra sendiri merupakan layanan mobile advertising yang dikembangkan XL bersama dengan mitranya dari Australia.
Banyak kalangan menyatakan bahwa mobile advertising bakal menjadi lahan bisnis baru operator seluler di Indonesia, mengingat tingginya potensi pasar sektor ini. ''Indonesia tercatat sebagai pasar mobile advertising terbesar di dunia. Ia mampu mengalahkan India atau Cina,'' kata Tommy Wattimena. POtensi pasar ini, tentu saja, tidak disia-siakan operator seperti XL.
Berapa sebenarnya nilai pasar mobile advertising di Indonesia? Tommy tidak memberikan data kuantitatif yang rinci mengenai pasar mobile advertising di Indonesia. Ia hanya menyebutkan bahwa pasar mobile Ada di Indonesia terbesar di dunia. Ia juga tidak memberikan rincian mengenai pertumbuhan pasar ini.
Berbagai analis memang menyatakan bahwa pasar mobile advertising di Indonesia sangat besar. BuzzCity Pte Ltd, misalnya Perusahaan jasa periklanan mobile global yang berbasis di Singapura, pernah mengestimasi bahwa pasar mobile advertising (iklan mobile) di Indonesia naik sebesar 30 persen per kuartal.
Cepatnya pertumbuhan pengguna seluler di Indonesia memang membuka peluang pertumbuhan mobile advertising. Karena seiring dengan pertumbuhan pengguna seluler muncul aneka kebutuhan baru para pengguna seluler itu sendiri.
"Saat ini ponsel bisa dikatakan sebagai perpanjangan tubuh seseorang. Setiap pagi benda pertama yang dicari banyak orang adalah ponsel mereka, begitu juga setiap malam sebelum tidur. Ketergantungan seseorang terhadap ponsel dan layanan mobile semakin meningkat," paparnya.
Sekalipun mobile advertising akan tumbuh seiring dengan perkembangan perilaku pengguna ponsel. Tommy menepis anggapan bahwa mobile advertising akan menggantikan perikalanan tradisional. "Mobile advertising lebih tepat dikatakan sebagai komplementer dari iklan-iklan tradisional. Karena masyarakat toh tidak berhenti menonton televisi dan membaca surat kabar atau majalah," papar Tommy.