REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Prospek bisnis telepon bergerak (mobile phone) masih cerah, terutama dilihat dari perkembangan empat tahun terakhir, demikian menurut riset yang dilakukan TNS Indonesia, perusahaan yang bergerak dibidang konsultan pemasaran.
"Hasil riset kami terhadap responden di Indonesia berusia di atas 15 tahun sebanyak 70 persen menggunakan telepon bergerak," kata Presiden TNS Indonesia, Raghavan Srinivasan di Jakarta, Kamis (11/7).
Ditemui pada acara buka puasa bersama 600-an staf dan karyawan TNS Indonesia, Raghavan mengatakan hasil riset yang sama menunjukkan 90 persen masyarakat urban (perkotaan) menggunakan telepon bergerak.
Raghavan mengatakan hasil riset juga memperlihatkan pengguna kartu prabayar mencapai 270 juta yang berarti satu orang penduduk Indonesia menggunakan lebih dari satu telepon bergerak.
Perilaku masyarakat juga berubah dengan pesatnya perkembangan telepon selular (ponsel) pintar (smart phone) kini dalam kurun waktu 2-3 tahun sudah mengganti dengan telepon pintar model baru.
"Apalagi harga telepon pintar kini cukup terjangkau dengan uang Rp500 sampai Rp700 ribu sudah bisa membawa pulang ponsel pintar, kemudian cukup mengeluarkan uang Rp20 sampai Rp25 ribu sudah bisa menikmati akses internet," jelas Raghavan.
Raghavan mengatakan telepon pintar kini tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat kalau sebelumnya telepon diletakan di meja maka kini sampai dibawa ke tempat tidur sekedar untuk melihat perkembangan terkini di situs pertemanan atau jejaring sosial.
"Bahkan kini anak-anak berusia 10 tahun sudah dibekali telepon pintar dan mereka ternyata memiliki kemampuan untuk mengoperasikannya," jelas Raghavan.
Dia memprediksi kondisi ekonomi Indonesia stabil dan kuat kalaupun terjadi gangguan akibat kenaikan BBM akan segera pulih, apalagi mendekati puasa dan lebaran membuat ekonomi akan kembali normal.