Kamis 25 Jul 2013 21:14 WIB

Industri ICT Indonesia Butuh Sumber Daya

Rep: Agung Sasongko/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ilustrasi.
Foto: Antara
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri informasi, teknologi, dan komunikasi (ICT) berkembang cepat tanpa batasan. Sayangnya, perkembangan itu tidak dibarengi dengan kesiapan  sumber daya manusia Indonesia .

Presiden Direktur Fujitsu Indonesia, Ahmad Sofwan menilai ketiadaan sumber daya itu menyulitkan integrasinya ICT dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Padahal, integrasi ini sangat penting guna memperkuat daya saing bangsa Indonesia di kancah global.

"Kita akui, dunia IT sangat langka pada resource, itu sebabnya pendidikan menjadi kunci mendekatkan kita dengan ICT," kata dia di Jakarta, Kamis (25/7).

Menurut Ahmad, ini yang kemudian menjadi tantangan bangsa Indonesia. Dari posisinya itu, perlu dirintis satu usaha percepatan pemanfaatan ITK.

"Ini yang harus kita mulai. Fujitsu pun memulainya dengan program Red Arrow," kata dia.

Program ini, jelasnya, merangsang mahasiswa di Indonesia untuk berkreasi melalui basic teknologi Palmsecure milik Fujitsu. Setiap mahasiswa diminta mengadaptasikan teknologi itu  dengan kehidupan sehari-hari, misal saja absensi, tiket kereta api dan single ID. "Dari apa yang kami rintis ini kelihatan ide bagus-bagus," kata dia.

Selain lomba, mereka yang ambil bagian dalam program ini akan diberikan pelatihan dan diikutsertakan dalam proyek-proyek dan implementasi teknologi ICT Fujitsu secara global. "Kita mencoba untuk membangun kesiapan sumber daya yang berkualitas bagi industri ini," lanjut dia.

Pakar IT, Budi Rahardjo menilai ketiadaan sumber daya bagi implementasi ICT dikarenakan ada gap antara kampus dan industri. "Ada banyak penyebab yang memunculkan gap ini," kata dia.

Menurut dia, penyebab utama dari masalah ini karena sistem pendidikan kampus yang terkesan terburu-buru. Saking terburu-buru hingga terlupa pemaparan dan mengasah softskills.

"Bagaimana sempat, kalau tidak cepat lulus diancam drop out. Ya, jadi mahasiswa abadi itu tidak buruk kok asal ada pemantapan pengetahuan dan pengalaman," kata dia.

Budi mengungkap ada momen dimana waktu yang terburu-buru itu bisa dioptimal mahasiswa. Momen itu ada pada praktek kerja lapangan. Sayang, banyak mahasiswa yang menolak perpanjang PKL padahal disinilah kesempatan bagi mahasiswa untuk mengeksplor kemampuannya.

"Dari sisi industri, ada perusahaan yang memanfaatkan ini untuk mempermudah mereka mencari resource," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement