REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Kupang Dr Ahmad Atang mengatakan kasus penyadapan terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menggambarkan bahwa Indonesia masih lemah dalam mengelolah teknologi informasi.
"Fakta penyadapan tersebut menggambarkan bahwa negara kita memiliki kelemahan dalam mengelolah teknologi informasi dalam percaturan global," kata Ahmad Atang di Kupang, Senin (19/8).
Indonesia memiliki potensi besar secara geopolitik dan geostrategik sehingga rawan disadap negara lain yang memiliki kepentingan terhadap Indonesia serta memiliki teknologi informatika yang jauh lebih canggih.
Pembantu Rektor I Universitas Muhammadiyah Kupang itu mengatakan Indonesia sebagai negara besar yang secara geografis berbentuk kepulauan, memiliki konsekuensi politik yang relatif besar terhadap kepentingan pihak luar.
"Posisi Indonesia sangat strategis, baik dari sisi geopolitik maupun geostrategik, sehingga menjadi incaran banyak negara untuk kepentingan mereka," ujarnya.
Karena itu, dibutuhkan kemampuan dalam mengelolah wilayah teritorial dari usaha penyadapan oleh pihak-pihak yang sengaja memanfaatkan keterbukaan akses informasi untuk mengetahui kelemahan Indonesia.
"Penyadapan tersebut dapat dilakukan karena kita relatif tidak mampu melakukan pengamanan terhadap diri kita sendiri sehingga orang luar dengan mudah masuk dan mencuri informasi tentang Indonesia," kata Ahmad.
Ia mengatakan pihak luar dengan mudah menyadap informasi bersifat rahasia sekali pun, karena sistem pengelolaan teknologi informasi di negeri masih lemah.
"Artinya, bagi saya, fakta penyadapan tersebut menggambarkan bahwa negara kita memiliki kelemahan dalam mengelola teknologi informasi dalam percaturan global. Kita harus berbenah diri dan tidak perlu menyalahkan pihak lain," tutur Ahmad.