Jumat 07 Sep 2012 04:47 WIB

Perahu Tenggelam di Turki Tewaskan 28 Anak, Tiga Bayi

Red: Yudha Manggala P Putra
Anggota tim SAR Turki berusaha mencari para korban yang tenggelam di Laut Aegean, Menderes, lepas pantai barat Turki, Kamis (6/9).
Foto: REUTERS
Anggota tim SAR Turki berusaha mencari para korban yang tenggelam di Laut Aegean, Menderes, lepas pantai barat Turki, Kamis (6/9).

REPUBLIKA.CO.ID, REUTERS - Informasi terbaru menyebutkan setidaknya 61 orang imigran gelap kebanyakan berasal dari Palestina dan Suriah tewas setelah perahu yang mereka tumpangi tenggelam sepuluh meter dari lepas pantai barat Turki, pada Kamis (9/7) subuh waktu setempat.

Diantara jumlah korban tewas, 28 diantaranya diketahui masih anak-anak, demikian Reuters mengutip pernyataan pejabat setempat. 

Gubernur distrik Menderes, Provinsi Izmir, Turki, Tahsin Kurtbeyoglu kepada Reuters berkata kalau investigasi awal mengindikasikan penyebab tenggelamnya perahu kecil tersebut akibat kelebihan muatan penumpang. Tidak diketahui jelas maksud dan tujuan dari perahu tersebut, namun diduga menuju Ahmetbeyl, sebuah kota kecil di Provinsi Izmir, Turki yang berjarak hanya beberapa kilometer dari Samos, Yunani.

"Total yang meninggal 61, termasuk 12 pria, 18 wanita, 28 anak-anak dan tiga bayi," ungkap kantor Gubernur di Izmir dalam sebuah pernyataan resmi.

Media Turki melansir alasan dibalik banyaknya nyawa terenggut dalam kejadian itu karena penumpang wanita dan anak anak berada dalam ruang terkunci di bagian bawah perahu. Namun, hingga kini belum ada keterangan resmi terkait hal tersebut. Media juga berkata, meski belum bisa dipastikan, ada warga Irak yang juga ikut menumpang di kapal.

Kurtbeyoglu berkata 46 orang sejauh ini berhasil diselamatkan, termasuk kapten perahu dan asisten asal Turki, yang langsung ditahan pascatindakan penyelamatan. 

Posisi Turki, sebagai jembatan dari Asia ke Eropa, termasuk kekayaannya dibandingkan negara tetangga, membuat negara tersebut jadi tujuan dan pelabuhan sementara bagi imigran dari Timur Tengah bahkan Afrika hingga Asia Selatan. Lokasi ini pun sering dijadikan tujuan utama dalam bisnis perdagangan manusia, demikian menurut lembaga pemerang migrasi ilegal, Internasional Organization for Migration. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement