Home >> >>
Hasil Pilpres Dianggap Realitas, Elite Diminta Tahan Diri
Selasa , 22 Jul 2014, 12:49 WIB
antara
Sejumlah selebritis menyerukan suara damai dalam Konser Senandung Suara Damai Indonesiaku di Balai Kartini, Jakarta, Ahad (20/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Pengamat politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sujito menilai, keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengenai pemenang pilpres merupakan realitas. Apalagi KPU telah bekerja secara transparan dan demokratis.

Menurutnya, Pemilu 2014 menjadi pertaruhan Indonesia untuk transformasi demokrasi di mana proses pemungutan suara telah dilaksanakan dengan baik. Sehingga dituntut kedewasaan semua pihak dalam menyikapi hasil pilpres 2014 yang diumumkan KPU.

"Meski pun nantinya selisih 4-5 persen itu realitas yang dihargai dalam konsensus hasil pemilu yang demokratis," kata Arie saat dihubungi Republika, Selasa (22/7).

Arie menilai, elite politik harus menahan diri terhadap hasil pilpres yang diumumkan KPU. Para pemimpin teras diminta tidak mengajak masyarakat atau melakukan provokasi. 

Karena, katanya, emosi masyarakat cenderung stabil. Justru yang agak tegang para elite yang mengitari kedua kubu. 

"Kalau mampu menahan diri dan tidak terjebak, masyarakat akan mengikuti. Jangan sampai mengorbankan rakyat," imbuhnya.  

Pemilu 2014 dianggap pertarungan yang menyedot energi rakyat. Sehingga harus segera dipulihkan melalui rekonsiliasi nasional. 

Dengan begitu, bangsa Indonesia segera bangkit dan tak hanya terjebak pada kondisi yang berlarut-larut.

Menurutnya, penghitungan dan penetapan oleh KPU menjadi proses untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap pemilu dan penyelenggara pemilu. Apalagi, TNI/Polri juga menjamin tidak ada kekerasan. 

"Siapa pun yang menang harus dihormati. Sepertinya pihak yang menang juga tidak akan melakukan diskriminasi terhadap lawan politik," kata Arie. 

Redaktur : Mansyur Faqih
Reporter : c87
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar