Saad bin Ubadah, Pembawa Bendera Anshar (2-habis)

Red: Chairul Akhmad

Jumat 25 Jul 2014 06:17 WIB

Saad adalah seorang dermawan, baik dari tabiat pembawaan, maupun dari turunan. Foto: Techang.free.fr Saad adalah seorang dermawan, baik dari tabiat pembawaan, maupun dari turunan.

REPUBLIKA.CO.ID, Ia adalah putra Ubadah bin Dulaim bin Haritsah yang kedermawanannya di zaman jahiliyah lebih tenar dari ketenaran manapun juga.

Dan memang, kepemurahan Saad di zaman Islam merupakan salah satu bukti dari bukti-bukti keimanannya yang kuat lagi tangguh. Dan mengenai sifatnya ini ahli-ahli riwayat pernah berkata, “Sa’ad selalu menyiapkan perbekalan bagi Rasulullah SAW dan bagi seluruh isi rumahnya.”

Kata mereka pula, “Biasanya seorang laki-laki Anshar pulang ke rumahnya membawa seorang dua atau tiga orang Muhajirin, sedang Saad bin Ubadah pulang dengan 80 orang!”

Oleh sebab itu, Saad selalu memohon kepada Tuhannya agar ditambahi rezeki dan karunia-Nya. Dan ia pernah berkata, “Ya Allah, tiadalah yang sedikit itu memperbaiki diriku, dan tidak pula baik bagiku!”

Wajarlah apabila Rasulullah SAW mendoakannya, “Ya Allah, berilah keluarga Saad bin Ubadah karunia serta rahmat-Mu!”

Saad tidak hanya menyiapkan kekayaannya untuk melayani kepentingan Islam yang murni, tetapi juga ia membaktikan kekuatan dan kepandaiannya. Ia adalah seorang yang amat mahir dalam memanah. Dalam peperangannya bersama Pasulullah SAW, pengorbanannya amat penting dan menentukan.

Ibnu Abbas RA berkata, “Di setiap peperangannya, Rasulullah SAW mempunyai dua bendera; bendera Muhajirin di tangan Ali bin Abi Thalib dan bendera Anshar di tangan Saad bin Ubadah.”

Pada hari-hari pertama pemerintahan Khalifah Umar bin Khathab, Saad pergi menjumpai Amirul Mukminin dan dengan blak-blakan berkata kepadanya, "Demi Allah, sahabat anda, Abu Bakar, lebih kami sukai daripada anda. Dan sungguh, demi Allah, aku tidak senang tinggal berdampingan dengan anda.”

Dengan tenang Umar menjawab, “Orang yang tidak suka berdampingan dengan tetangganya, tentu akan menyingkir daripadanya."

Saad menjawab pula, "Aku akan menyingkir dan pindah ke dekat orang yang lebih baik daripada anda.”

Dengan kata-kata yang diucapkannya kepada Amirul Mukminin Umar bin Khathab itu, tiadalah Saad bermaksud hendak melampiaskan amarah atau menyatakan kebencian hatinya. Karena orang yang telah menyatakan ridhanya kepada putusan Rasulullah SAW, sekali-kali tiada akan keberatan untuk mencintai seorang tokoh seperti Umar, selama dilihatnya ia pantas untuk dimuliakan dan dicintai Rasulullah.

Maksud Saad—salah seorang sahabat yang telah dilukiskan Alquran mempunyai sifat berkasih sayang sesama mereka—ialah bahwa ia tidak akan menunggu datangnya suasana, di mana nanti mungkin terjadi pertikaian antaranya dengan Amirul Mukminin. Pertikaian yang sekali-kali tidak diinginkan dan disukainya.

Maka disiapkannyalah kendaraannya, menuju Suriah. Dan belum lagi ia sampai ke sana dan baru saja singgah di Hauran, ajalnya telah datang menjemputnya dan mengantarkannya ke sisi TuhannyaYang Maha Pengasih. (101 Sahabat Nabi karya Hepi Andi Bastoni)

Terpopuler