Perjuangan Para Pemain ke-12

Reuters/Eddie Keogh
Suporter timnas di Piala Dunia 2014.
Red: Didi Purwadi

Oleh Endro Yuwanto dari Sao Paulo

Tiga pertandingan di fase grup Piala Dunia 2014 Brasil harus dijalani oleh masing-masing negara peserta. Brasil sebagai tuan rumah sudah menyiapkan 12 stadion di 12 kota sebagai tempat pelaksanaan pertandingan fase grup hingga babak final.

Luasnya wilayah negara Brasil menyebabkan stadion ini terletak pada jarak yang berjauhan satu sama lain. Dari mulai yang terletak di daerah Amazon yaitu Stadion Manaus hingga yang berada di wilayah paling selatan yaitu Stadion Porto Alegre.

Lantaran jarak antarstadion yang mencapai puluhan ribu kilometer, siapa pun yang hendak menonton Piala Dunia 2014 harus memiliki perencanaan matang.


Selain lokasi tiap stadion yang menggelar pertandingan berjauhan, Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) juga menyusun jadwal pertandingan tiap grup tidak dalam satu stadion atau kota. Walhasil, Satu grup menyelesaikan enam pertandingan di tempat yang berbeda.

FIFA pernah memberi pernyataan bahwa 12 kota dan 12 stadion adalah pilihan pemerintah Brasil. Padahal dengan delapan atau 10 stadion saja sudah cukup.

Namun, Pemerintah Brasil yang dipimpin Presiden Dilma Rousseff menjamin pelaksanaan turnamen di 12 kota akan memberikan keuntungan bagi negeri Samba selama bertahun-tahun ke depan.

Keputusan sudah dibuat FIFA dan tuan rumah, semua tim mau tak mau dituntut berpindah-pindah tempat termasuk bagi suporter fanatik yang biasa disebut sebagai pemain ke-12.

Pemain ke-12 ini biasanya berusaha mengikuti tim nasionalnya ke manapun pergi. Perjalanan berat dan melelahkan, misalnya, harus dilalui suporter Inggris dan Italia yang tergabung di Grup D.

Inggris dan Italia mengawali pertandingan di Stadion Arena Amazonia Manaus yang memiliki cuaca terik hingga 30 derajat Celcius.

Dalam laga hidup mati Inggris melawan Uruguay, Kamis (19/6), pertandingan digelar di Stadion Arena Corinthians, Sao Paulo. Kondisi iklim dua kota itu berbeda jauh, karena saat ini di Sao Paulo cuaca sedang dingin dengan suhu hingga 15 derajat Celcius.

Italia yang bermarkas di Rio de Janeiro setelah unggul 2-1 melawan Inggris di pertandingan pertama kemudian harus terbang ke Recife dan Natal untuk menjalani pertandingan kedua dan ketiga. Total jarak tempuh yang akan dilalui Andrea Pirlo dan kawan-kawan ini adalah 14.126 km.

Jika ingin terus mendampingi timnya di stadion, suporter pun harus rela ikut berpindah tempat. Dari sisi stamina, bisa jadi para pemain ke-12 ini kelelahan. Belum lagi soal biaya. Karena itu, pengorbanan suporter yang datang ke Brasil sungguh luar biasa.

Bayangkan saja, dari Manaus ke Sao Paulo naik pesawat membutuhkan waktu empat jam. Menggunakan jalan darat bisa dua hari.

Perjalanan darat dari Sao Paulo ke Brasilia naik bus sekitar 18 Jam. Dari Sao Paulo ke Rio de Janeiro enam jam. Para suporter dituntut untuk selalu prima seperti pemain jika ingin terus hadir di dalam stadion.

Bagaimanapun, datang ke Brasil tanpa hadir ke stadion, ibarat sayur tanpa garam. Tentu, atmosfer dukungan kepada tim lebih berkesan di dalam stadion.

Namun, bagi suporter yang mengandalkan modal nekad alias belum memesan tiket dari awal, ada alternatif untuk merasakan atmosfer pertandingan melalui tayangan di layar raksasa di sejumlah di FIFA Fan Festival (Zone). Di zona itu mampu menampung hingga 4.000 penonton.

"Kami tidak ke Manaus dan baru bergabung di Sao Paulo. Sekarang suporter Inggris sedang datang ke sini. Memang sangat memberatkan bagi suporter karena harus menempuh jarak yang jauh,” ujar David Smith (27 tahun), suporter asal Inggris, di area FIFA Fan Festival di Sao Paulo tengah pekan ini.

Suporter dari benua Eropa dan Asia juga membutuhkan waktu penerbangan yang sangat panjang untuk datang ke Brasil. Berbeda dengan tim dari Amerika Selatan yang hanya terbang selama dua atau tiga jam. Bahkan dari Argentina, Cile, Kolombia, Uruguay bisa ke Brasil melalui perjalanan darat.

Ketika Argentina melawan Bosnia-Herzegovina empat hari lalu di Rio de Janeiro, suporter Argentina yang tidak mendapatkan penginapan memilih tidur di pasir pinggir pantai beralaskan karpet atau tikar.

Sebagian lagi memilih tidur di dalam truk trailer. Dengan trailer itu pula mereka memilih untuk mengikuti ke manapun Lionel Messi dan rekan-rekannya bertanding.


BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler