Erick Thohir: Kalau Mau Santai dan Cari Popularitas, Saya Pilih Lanjutkan Bersama STY
Erick merasa kesempatan lolos ke Piala Dunia ada sekarang.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - -Sebuah keputusan tak populer diambil Ketua Umum PSSI Erick Thohir. Di tengah timnas Indonesia yang sedang berjuang lolos Piala Dunia 2026, Erick menyudahi kerja sama dengan Shin Tae-yong (STY) sebagai pelatih kepala dan menggantinya dengan Patrick Kluivert.
Kepastian mantan striker timnas Belanda itu menjadi pelatih kepala skuad Garuda untuk menggantikan posisi STY diumumkan PSSI pada Rabu (8/1/2025) sore tadi.
Dengan keputusan tidak populer ini, Erick mendapat banyak serangan dan tuduhan hanya mencari popularitas. Langkahnya dikaitkan dengan tahun 2029 di mana Pemilu akan digelar.
Dalam sebuah wawancara dengan podcast Liputan6 Sport yang disiarkan Rabu (8/1/2025) malam, Erick memberikan bantahan keputusan ini dikaitkan dengan gerakan politik.
"Ada yang mengaitkan dengan tahun 2029, ada Pemilu. Itu tidak saya pikirin. Saya tidak cari popularitas. Kalau saya cari popularitas, lebih baik dengan yang lama (STY) melanjutkan yang kemarin saja. Ini lebih santai," ujarnya
Namun, Erick mengaku dititipkan amanah dari banyak pihak yang harus dijalankan. Ia mengaku belajar, lebih baik mengambil keputusan daripada tidak ambil keputusan apa-apa dan menyesal nantinya.
"Saat ini semua bermimpi agar Indonesia lolos Piala Dunia 2026. Saya sedang menjalankan mimpi itu agar bisa menjadi nyata. Dengan melakukan usaha yang risikonya besar ini," jelasnya.
Tadinya, lanjut Erick, PSSI punya target lolos ke Piala Dunia 2038 tanpa jalur tuan rumah, melainkan melalui kualifikasi. Namun melihat peluang dan potensi yang ada saat ini, dengan banyak pemain diaspora yang berkualitas baik, maka PSSI melakukan percepatan mimpin lolos ke Piala Dunia pada 2026.
"Saat ini timnas Indonesia ada 17 pemain yang bermain di luar negeri. Ini kesempatan besar kita. Paling banyak (di grup kita) Jepang dengan 21 pemain bermain di luar negeri. Australia 19 pemain, Korea Selatan sama dengan Indonesia 17 pemain dan Irak 16 pemain.
"Ini kesempatan emas kita, sepuluh tahun lagi belum tentu kita punya," imbuhnya.