Pemerintah Diminta Secepatnya Tingkatkan Teknologi Pengolahan Garam
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi IV DPR RI Akmal Pasluddin menyesalkan meningkatnya jumlah impor garam tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya, baik untuk garam industri maupun rumah tangga. Menurutnya, belum ada niat baik pemerintah untuk meningkatkan teknologi pengolahan garam secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun ekspor.
"Oleh karena itu, regulasi harus sampai pada titik swasembada garam dimana memerlukan harmonisasi 4 kementerian, yakni kementerian Kelautan Perikanan, kementerian BUMN, Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan," kata Akmal, melalui keterangan persnya, Jumat (21/10).
Akmal menjelaskan, masing-masing harus saling mendukung, mulai dari pembinaan petani garam agar kualitas produksinya baik, pembinaan pabrik-pabrik garam oleh kementerian perindustrian. PT. Garam selaku BUMN, harus mampu menyerap sebesar-besarnya garam petani dan pengendalian harga oleh kementerian perdagangan.
Ia melihat, jumlah impor garam kian meningkat tahun ini. Hal tersebut disebabkan, negara belum ada perbaikan dalam tata kelola garam, apalagi mencapai tahap menghentikan impor garam. "Ini menunjukkan pemerintah belum mengeluarkan kekuatannya untuk serius mengelola garam dengan teknologi yang baik, hingga memenuhi kualitas kebutuhan garam industri maupun konsumsi," kata dia.
Akmal melanjutkan, impor garam dari luar ke Indonesia, didominasi oleh Australia dan India. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan maret 2016, Indonesia impor garam senilai AS11,4 juta dolar pada saat itu, dengan jumlah garam seberat 276.299 ton. Negara yang memasukkan garam ke Indonesia antara lain Australia, India, Selandia Baru, Inggris, Singapura, Negara lainnya.
Bila dihitung keseluruhan tahun ini dari Januari hingga september 2016, Cina terlihat signifikan memasukkan garam di Indonesia. Dari total 1,4 juta ton garam senilai 57,3 juta dolarAS yang masuk Indonesia tahun ini, Cina memasukkan garam terbesar ke empat setelah Australia, India, dan Selandia Baru.
"Dari Periode yang sama, Januari-September, antara 2015 dan 2016, impor garam sudah meningkat 200 ribu ton," kata Akmal.