DPR Sarankan Mentan Perhatikan Distribusi Cabai
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi IV DPR Herman Khaeron menyarankan kepada Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman agar memberi perhatian kepada sektor distribusi cabai. Begitu juga dengan hasil pertanian lainnya yang perlu mendapat perhatian khusus.
"Kalau budidaya, Pak Amran (Mentan) sudah bagus dan terlihat hasilnya, hanya saja masalahnya tidak hanya pada produksi, tapi juga distribusi yang perlu ada perhatian serta evaluasi besar-besaran yang mempengaruhi naiknya harga cabai serta bawang di berbagai pelosok daerah," kata Herman usai menghadiri diskusi "Pertanian Konservasi untuk Mendukung Kedaulatan Pangan Indonesia" di salah satu hotel kawasan Jakarta Pusat, Selasa (6/12).
Herman mengatakan bahwa sektor distribusi mampu memberikan pengaruh kenaikan harga yang cukup signifikan, mulai dari jumlah armada serta jalur-jalur yang perlu dilakukan efisiensi sistemnya. "Jelang akhir tahun banyak jalur distribusi yang berkurang sumber daya manusianya karena liburan, sehingga pekerjanya berkurang, jika sudah begitu armada yang jalan jadi sedikit, pasokan berkurang, terjadilah kenaikan harga karena di sisi lain peningkatan permintaan justru bertambah dibandingkan ketersediaan," kata Herman.
Ia meminta solusi integral harus diberikan untuk mengatasi permasalahan tersebut, selain itu institusi yang mengurusi pascapenen sudah dilikuidasi maka harus dicarikan institusi lain yang tepat, misalnya BUMN yang terkait.
"BUMN kan banyak, ini bisa dilakukan untuk kestabilan harga, maka harus disinergikan untuk mengurusi bagian masing-masing," katanya.
Harga sejumlah kebutuhan pokok yang beberapa bulan ini mengalami kenaikan seperti perkiraan sebelumnya selama November 2016 memberikan andil terhadap terjadinya inflasi. Cabai, bawang merah, dan beras belakangan memang menjadi komoditas yang menjadi sorotan pemerintah dan masyarakat karena harganya mengalami kenaikan yang nyaris tak terkendali.Harga cabai, misalnya, di sejumlah daerah bisa mencapai Rp50 ribu per kilogram, bahkan hingga Rp100 ribu/kg sehingga memaksa masyarakat harus merogoh kantong lebih dalam.