Dapat THR, Ini yang Dilakukan Anggota Fraksi Gerindra di DPR
Anggota DPR RI mendapat THR sebesar Rp16,48 juta.
REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Sebanyak 75 anggota Fraksi Gerindra di DPR RI mengembalikan tunjangan hari rayanya kepada rakyat. Tiap anggota DPR RI Fraksi Gerindra menyalurkan sendiri THR yang diperolehnya sesuai niat dan peruntukan.
Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Gerindra daerah pemilihan Nusa Tenggara Barat H Willgo Zainar menyalurkannya melalui Lembaga Amil Zakat, Infak dan Sadaqah Muhammadiyah (Lazismu). Willgo ingin THR-nya diteruskan kepada honorer tenaga kebersihan (pasukan kuning) di Kota Mataram.
Dana yang dialokasikannya sebesar Rp15 juta. "Selebihnya untuk anak yatim-piatu," ujarnya saat ditemui di Mataram, Sabtu.
Menurut pria kelahiran Lombok ini, Fraksi Gerindra DPR RI merasa tenaga honorer lebih membutuhkan THR. Terlebih, pendapatan tenaga honorer sangat rendah, bahkan sebagian besar jauh di bawah upah minimum regional (UMR).
"Mereka merupakan rakyat kurang mampu yang sangat terbebani dengan relatif mahalnya harga-harga kebutuhan pokok menjelang Idul Fitri 1439 Hijriah," ujar Willgo.
Menurut Willgo, anggota DPR RI memperoleh THR sebesar Rp16,48 juta. Perinciannya tunjangan paket Rp2 juta, tunjangan jabatan Rp9,7 juta, tunjangan anak Rp168 ribu, tunjangan istri/suami Rp420 ribu, dan gaji pokok Rp4,2 juta.
Untuk Ketua DPR RI, THR yang diperoleh sebesar 26 juta. Lantas, tiap wakil ketua mendapatkan THR sebesar Rp22,8 juta.
Rohmi Hidayah (13), dan Nandita Aulia (15), dua orang anak yatim-piatu di Kota Mataram, mengaku sangat bersyukur atas santunan yang diberikan oleh Willgo selaku wakil rakyat dari NTB. "Saya sangat berterima kasih atas THR yang diberikan oleh pak Willgo Zainar. Uangnya untuk membeli baju lebaran," tutur Rohmi, bersama kakaknya Nandita Aulia, penyandang tuna rungu (bisu).
Rohmi Hidayah dan Nandita Aulia merupakan dua bersaudara yang ditinggal oleh ayahnya akibat kecelakaan kendaraan bermotor di jalan raya sejak mereka berusia di bawah lima tahun. Kini mereka tinggal bersama neneknya yang sehari-hari menjual sayur-mayur keliling kampung.
Rohmi dan Nandita putus sekolah karena kesulitan ekonomi. Nandita bekerja sebagai pengasuh bayi, sedangkan Rohmi membantu neneknya berjualan sayur dan lauk pauk keliling kampung.