Tenun Garut Banyak Diborong, Sekjen MPR: Ada Inovasi Motif

Sekjen MPR: Tenun Garut punya prospek bagus.

Republika/Desy Susilawati
Penyanyi Raisa menggunakan salah satu koleksi Klamby yang akan dibawa ke London Fashion Week 2022. Busana yang dipakai Raisa berbahan dasar tenun Garut.
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal MPR RI Siti Fauziah dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu, mengungkapkan tenun Garut memiliki prospek yang cukup bagus ke depan.


Sebab, perajin tenun Garut telah melakukan pengembangan produk dengan inovasi-inovasi dan motif-motif baru untuk tenun Garut.

"Kalau kita lihat tenun Garut ini cukup bagus. Dengan tenun-tenun lain, tenun Garut sudah bagus. Apalagi ada inovasi-inovasi dari motif-motif yang ada. Perajin tenun Garut sudah mengembangkan motif-motif baru untuk produksinya," kata Siti saat melihat produksi tenun Garut Sutera Alam Soleh (SAS) di Garut, Jawa Barat, Jumat (9/5).

Dalam kunjungan itu Siti Fauziah didampingi Hayun, pengusaha tenun Garut SAS.

Meski memiliki prospek bagus, perajin tenun Garut menghadapi kendala. Hayun mengakui adanya kendala bahan baku untuk produksi tenun Garut.

"Sekarang sulit mendapatkan bahan baku benang sutera. Memang ada yang menawarkan benang sutera, tapi harus impor dan harganya cukup tinggi," jelas Hayun.

Selain kendala bahan baku benang sutera, Hayun juga mengungkapkan saat ini produksi tenun Garut SAS sedang berhenti karena tidak ada permintaan tenun Garut dari Medan.

"Sudah dua bulan ini tidak ada pengiriman ke Medan karena tidak ada permintaan. Karena itu produksi tenun Garut sementara berhenti," ujarnya.

Siti Fauziah sangat menyayangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), seperti pengusaha tenun Garut, menghadapi kendala ketersediaan atau sulitnya mendapatkan bahan baku benang sutera. Karena itu perlu dicari solusi atau jalan keluar agar pengusaha tenun Garut memperoleh bahan baku yang berkualitas dengan harga yang tidak terlalu tinggi.

"Dari sisi produksi dan lainnya, UMKM seperti pengusaha tenun Garut mampu menjalankan produksinya. Semoga pemerintah (pusat dan daerah) bisa memfasilitasi kemudahan bagi UMKM seperti perajin tenun Garut ini memperoleh bahan baku," tutur Siti.

 

Dia menilai kendala memperoleh bahan baku ini akan mempengaruhi produksi tenun Garut. Selain itu, ketersediaan dan kesulitan memperoleh bahan baku juga akan membuat harga jual menjadi lebih tinggi.

Siti juga mengakui daya beli masyarakat sedang turun. Daya beli masyarakat yang turun ini menyebabkan permintaan dan kebutuhan juga turun.

Hayun mengungkapkan Sutera Alam Soleh (SAS) merupakan usaha keluarga yang diawali dari sang kakek, (Alm) H. Aman Sahuri, pelopor sutera di Kabupaten Garut sekitar tahun 1995, yang kemudian usahanya diteruskan sang anak, (Alm) Soleh, dan sekarang diteruskan putra - putrinya termasuk Hayun.

Produksi tenun Garut SAS masih menggunakan alat tenun bukan mesin atau tradisional. Terdapat sekitar 80 alat tenun tradisional yang mempekerjakan sekitar 80 orang perajin tenun dari daerah sekitar, dan menghasilkan 150 lembar kain dalam seminggu baik tenun songket maupun tenun bulu.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler