Aktivis Perempuan Iran Diadang Saat Protes di Piala Dunia
Republik Islam Iran sudah lama melarang perempuan menghadiri laga sepak bola.
REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Seorang aktivis perempuan Iran Maryam Qashqaei Shojaei mengatakan, sebuah spanduk yang direncanakan akan dibentangkan di Piala Dunia 2018 Rusia pada Rabu (20/6) telah dirampas. Ia pun dihalang-halangi untuk masuk stadion selama dua jam setelah terjadinya protes awal yang mewarnai dunia internasional.
Menurut Shojaei, ia telah ditahan selama dua jam oleh petugas keamanan di stadion utama Kazan menjelang pertandingan antara Spanyol melawan Iran. Ketika itu, ia berencana membentangkan sebuah spanduk yang memprotes Pemerintah Iran tentang larangan kehadiran perempuan di stadion pertandingan.
"Ketika saya mencoba membawa spanduk, petugas mengatakan kami tidak boleh membawa itu," kata Shojaei, Kamis (21/6). "Saya menunjukkan kepada mereka tentang persetujuan saya, mereka mencari saya dan menahan kami selama dua jam dan merampas spanduk itu."
Sementara itu, Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) dan Pemerintah Rusia tidak memberi komentar tentang insiden tersebut. Shojaei membuat teras berita selama pertandingan pertama Iran melawan Maroko pada Jumat lalu. Ketika itu ia membentangkan sebuah spanduk di Stadion St Petersburg tentang dukung terhadap perempuan Iran agar bisa masuk stadion, #janganlarangperempuan".
Menjelang pertandingan--yang mengambil tempat di 11 kota dan berlangsung hingga 15 Juli nanti-- Shojaei meluncurkan sebuah petisi secara online yang mendesak agar Presiden FIFA Gianni Infantino menekan Iran untuk mengakhiri larangan tersebut.
Republik Islam Iran sudah lama melarang perempuan menghadiri pertandingan sepak bola kaum laki-laki dan pertandingan olah raga lainnya. Ini terutama untuk melindungi perempuan dari cemoohan para pendukung.
Infantino pada Mei mengatakan, Presiden Iran Hassan Rouhani telah mengatakan kepadanya bahwa ada rencana untuk segera mengizinkan perempuan menonton pertandingan di negara tersebut. Pada April lalu, para pendukung sepak bola perempuan terpaksa memakai brewok dan rambut palsu untuk bisa menonton sebuah pertandingan utama di Stadion Azadi di Teheran.