Peneliti: Perundungan di Dunia Maya Lebih Pengaruhi Remaja

Perundungan di dunia maya cepat menyebar luas dan terjadi secara masif.

MGIT3
Ilustrasi Bullying. Peneliti: Perundungan di Dunia Maya Lebih Pengaruhi Remaja
Rep: Qommarria Rostanti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Agustina Situmorang mengatakan, perundungan di dunia maya lebih memengaruhi remaja dibandingkan perundungan biasa.

Hal itu dikarenakan perundungan dunia maya (cyber bullying) dapat terjadi kapan saja dan di mana saja sepanjang pelaku atau korban memiliki akses terhadap internet.

Baca Juga



"Berbeda dengan perundungan biasa, yang terjadi hanya di waktu dan tempat tertentu, misalnya di sekolah. Setelah anak pulang dari sekolah maka perundungan tidak terjadi lagi," kata Agustina.

Perundungan dunia maya, menurut Agustina, juga menyebar lebih cepat, luas, dan masif di kalangan teman sebaya korban atau pelaku. Sering kali, pelaku menggunakan nama samaran saat melakukan perundungan sehingga sulit dilacak dan diintervensi oleh orang dewasa.

Agustina mengatakan, usia remaja merupakan usia rentan karena mereka memasuki masa transisi dari anak menuju dewasa. Pada masa ini terjadi terlalu banyak perubahan di diri remaja.

"Mereka mengalami pubertas kemudian secara psikologis dan sosial juga mengalami perubahan sehingga memberi dampak tidak nyaman dan kebingungan di dalam diri mereka," kata dia.

Karena ingin dianggap dewasa, menurut Agustina, remaja cenderung menjauh dari pengaruh orang tua dan lebih dekat dengan teman sebaya yang lebih mereka percayai. Padahal, remaja yang tidak memiliki hubungan emosional yang baik dengan orang tua akan lebih sering menjadi korban atau pelaku perundungan.

Agustina mencermati, pengaruh globalisasi melalui kemajuan teknologi ternyata membuat komunikasi orang tua dan remaja menghadapi tantangan yang lebih besar. Orang tua diharapkan dapat lebih aktif dalam berinteraksi dengan remaja dan berusaha untuk mendengar meski pun ada kalanya bertentangan dengan pandangan orang tua.

Terjadi malam hari...

Sementara, penggunaan ponsel pintar terutama pada malam hari dinilai semakin membuka peluang risiko perundungan di dunia maya. Dalam sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Adolescents pada November 2024, para peneliti meneliti apakah penggunaan ponsel pada malam hari dan perundungan siber terkait dengan kualitas tidur dan tekanan psikologis masa kanak-kanak.

Penggunaan ponsel pada malam hari sangat umum di kalangan remaja dengan meningkatnya penggunaan media sosial dan pesan teks setelah waktu tidur. Dilansir laman News-Medical.Net, penggunaan ponsel yang meluas juga membuat anak-anak terpapar perundungan siber, yang mencakup perilaku bermusuhan seperti cyberstalking, pelecehan daring, flaming atau penggunaan bahasa yang mengintimidasi atau menghina seseorang secara berulang-ulang di forum daring, dan doxing yaitu tindakan mengumbar informasi pribadi di internet tanpa persetujuan.

Tindakan perundungan siber ini dinilai dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis anak atau remaja dan memicu masalah kesehatan mental. Salah satu kekhawatiran utama tentang penggunaan telepon pada malam hari adalah bahwa hal itu memungkinkan perundungan siber terjadi bahkan pada malam hari, yang selanjutnya memengaruhi kesehatan psikologis dan kualitas tidur.

Penelitian tersebut meneliti apakah penggunaan telepon pada malam hari dan perundungan siber menunjukkan hubungan independen dengan tekanan psikologis dan gangguan tidur di kalangan anak-anak. Para peneliti juga meneliti apakah penggunaan telepon pada malam hari memengaruhi hubungan antara perundungan siber dan penurunan kualitas tidur serta kesejahteraan psikologis, dengan fokus pada jenis kelamin dan usia.

Para peneliti menggunakan desain penelitian cross-sectional untuk menyelidiki hubungan tersebut menggunakan data arsip dari survei yang disebut Resilient Youth Australia, yang dilakukan di antara siswa berusia antara 7 dan 19 tahun dari 918 sekolah di seluruh negeri itu.

Para peserta survei direkrut dari sekolah swasta dan negeri untuk memastikan bahwa anak-anak dari semua latar belakang sosial ekonomi diikutsertakan dalam penelitian. Kuesioner kesehatan pasien yang divalidasi untuk mengukur kecemasan dan depresi digunakan untuk menilai tekanan psikologis.

Anak-anak ditanyai tentang seberapa sering mereka mengalami masalah kesehatan psikologis tertentu dalam dua minggu sebelumnya, dan respons mereka dikodekan untuk menentukan tingkat tekanan psikologis yang normal, ambang batas, dan signifikan secara klinis.

Penelitian tersebut menemukan bahwa penggunaan telepon pada malam hari umum terjadi di kalangan anak-anak, terutama di kalangan mereka yang berada di sekolah menengah, dengan lebih dari 60 persen siswa melaporkan penggunaan telepon pada malam hari setidaknya sepekan sekali. Selain itu, hampir 15 persen siswa melaporkan mengalami perundungan siber pada semester sebelumnya, dengan anak laki-laki lebih banyak menjadi korban perundungan siber di sekolah dasar dan perundungan siber di sekolah menengah lebih banyak terjadi di kalangan anak perempuan.

 

Lebih jauh, anak-anak yang menjadi korban perundungan siber ditemukan lebih mungkin menggunakan ponsel mereka pada malam hari, yang dikaitkan dengan hasil tidur yang lebih buruk dan tekanan psikologis. Sejumlah besar anak tidak memenuhi pedoman yang direkomendasikan untuk durasi tidur. Seperempat dari anak-anak sekolah dasar melaporkan tidak mendapatkan delapan jam tidur malam yang direkomendasikan, seperti halnya 40 persen siswa sekolah menengah, terutama anak perempuan.

Ratusan pelajar hadir saat deklarasi Bandung Zero Bullying dan peluncuran program Jam untuk Keluarga (Jamuga) yang digelar Pemkot Bandung di Padepokan Mayang Sunda, Kota Bandung, Selasa (30/7/2024). - (Edi Yusuf)

Anak perempuan di sekolah menengah juga melaporkan tingkat tekanan psikologis yang lebih besar, dengan perbedaan berbasis gender menjadi lebih jelas menjelang masa remaja. Namun, terlepas dari usia atau jenis kelamin, siswa yang mengalami perundungan siber melaporkan memiliki tekanan psikologis yang lebih besar dan kurang tidur.

Secara keseluruhan, temuan tersebut menunjukkan bahwa penggunaan telepon pada malam hari di kalangan anak-anak dan remaja secara signifikan dikaitkan dengan kurangnya tidur dan tingkat tekanan psikologis yang lebih tinggi. Utamanya, di kalangan anak-anak yang menjadi korban perundungan siber.

Penelitian ini menyoroti perlunya mengelola penggunaan perangkat digital pada malam hari untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis dan kualitas tidur di kalangan anak-anak dari segala usia dan jenis kelamin. Para peneliti juga merekomendasikan penelitian lebih lanjut tentang dampak perundungan siber selama penggunaan telepon pada malam hari.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler