Sejumlah Pemberontakan tak Goyahkan Sultan Sulaiman dari Ottoman
Masa awal pemerintahan Sultan Sulaiman dari Ottoman diwarnai pemberontakan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski demikian, pada masa-masa awal pemerintahannya tidak berjalan mulus, Sultan Sulaiman mendapatkan perlawanan dari para pemberontak. Setidaknya ada empat pemberontakan berbeda yang harus ditangani oleh Sulaiman Agung.
Pertama, pemberontakan yang digagas oleh Gubernur Syam, yaitu Jan Bardi Al-Ghazali. Tidak hanya sekadar pemberontakan, Jan Bardi juga secara terang-terangan hendak menguasai Aleppo, Suriah. Sultan Sulaiman pun berhasil memadamkan pemberontakan Gubernur Syam tersebut.
Pada 930/1524 kembali terjadi pemberontakan. Kali ini oleh Ahmad Syah, seorang pengkhianat di Mesir. Ahmad Syah dikenal sangat tamak kekuasaan dan ingin memegang tampuk pimpinan.
Sejarah Kebudayaan Islam di Turki karya Syafiq A. Muhgni mengungkapkan, awalnya, Ahmad Syah meminta bantuan kepada Sultan Sulaiman untuk duduk sebagai Gubernur di Mesir. Namun setelah dinobatkan sebagai Gubernur Mesir, ia berupaya mencari dukungan publik sebagai sultan yang independen. Pemberontakannya pun kandas dan dia sendiri terbunuh.
Pemberontakan ketiga terjadi pada 1526 M oleh kelompok Syiah Rafidhah yang dipimpin oleh Bab Dzunnun wilayah Yuzaghad. Tidak tanggung-tanggung, Bab berhasil menguasai sekitar 3.000 sampai 4.000 pemberontak dan mewajibkan pajak atas wilayah yang dikuasainya.
Tidak hanya itu, para pemberontak berhasil mengalahkan beberapa komandan pasukan Ottoman. Namun, para pemberontak pun dapat diatasi dan Bab sendiri terbunuh dan kepalanya dipenggal untuk dikirim ke Istanbul.
Meski pemberontakan sudah dipadamkan, tapi kalangan Syiah Rafidhah kembali melakukan pemberontakan. Kali ini dipimpin oleh Qalandar Jalabi dengan pengikutnya berkisar 30 ribu orang Syiah. Pemberontakan dilakukan di dua wilayah, yaitu Qawniyyah dan Mar’asy. Dalam pemberontakannya,mereka melakukan kejahatan dengan membunuh orang-orang Sunni.
Menurut sebagian ahli sejarah, Qalandar Jalabi mengampanyekan siapa pun yang berhasil melakukan kejahatan atau membunuh Muslim Sunni maka akan mendapatkan pahala besar. Kendati demikian, pada akhirnya pemberontakan pun berhasil ditumpas, usai para pemberontak dibujuk untuk tidak lagi memihak Qalandar Jalabi yang juga dibunuh.
Kemudian setelah tidak ada lagi pemberontakan, Sultan Sulaiman segera mengatur siasat guna melancarkan jihad ke benua Eropa. Pada masa keemasannya, Sultan Sulaiman berhasil melakukan ekspedisi militer ke Eropa, memebebaskan Wina, Hungaria, hingga Persia, dan sepanjang wilayah pesisir
Masa pemerintahan Sulaiman al-Qanuni adalah yang terpanjang dibanding dengan sultan-sultan pendahulunya, sekitar 46 tahun dari 1520 hingga 1566. Dibawah pemerintahannya, wilayah kekuasaan Dinasti Utsmaniyah atau kesultanan Ottoman terbentang dari timur ke barat, mencakup daratan dan perairan Afrika, Eropa, dan Asia.
Pada masa pemerintahannya pula, Sultan Sulaiman memperindah ibu kota dan kota-kota lain dengan mendirikan masjid, sekolah, rumah sakit, istana ,jembatan, terowongan, jalur kereta, dan fasilitas umum lainnya. Sulaiman dikenal rakyatnya dengan sebutan mulia “al-Qanuni” yang artinya Sang Penetap Undang-undang dan mereka sangat menghormatinya.
Sultan Sulaiman menghembuskan nafas terakhirnya pada pada 7 September 1566, saat melakukan pengepungan Benteng Zigetvar. Namun kematiannya bukan karena peperangan, tapi karena faktor usia dan fisiknya.
Meski namanya harum sepanjang sejarah imperium Ottoman, tapi pemakamannya tak seindah kariernya. Menurut para sejarawan, organ dalam tubuh Sultan Sulaiman harus dipisahkan dari jasadnya. Kemudian, organ tubuhnya tersebut dimasukkan ke dalam kotak emas dan dikubur tidak jauh dari tendanya.
Hal itu dilakukan agar jasadnya tidak membusuk selama dibawa ke Istanbul untuk dimakamkan. Kematian Sultan Sulaiman juga dirahasiakan sekitar 48 hari agar semangat para pasukan tidak kendor dan tidak terjadi intrik politik di istana pascakematian The Magnificent.